Jumat, 16 Maret 2012

ringkasan materi sejarah semester 2


KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

A.    Peradaban Awal Manusia
1.       Keadaan Alam
Berdasaran geologi (ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi) kurun waktu sejak mulai terbentuknya bumu sampai sekarang dapat dibag mejadi beberapa zaman,yaitu:
a. Zaman Arkaekum atau Azoikum (Zaman Tertua)
Zaman yang paling tua ini diprkirakan berusia 2.500 juta tahun.Pada zaman ini diperkirakan belum ada tanda-tanda kehidupan.
            b. Zaman Paleozoikum (Zaman Kehidupan Tertua)
Zaman ini diperkirakan berusia sekitar 340 juta tahun.Pad zaman ini keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah-ubah ,namun sudah mulai tampak tanda-tanda kehidupan ,yaitu adanya makhluk bersel satu atau mikroorganisme.Pada zaman ini sudah muncul makhluk hidup lainya sejenis ikan ,amfibi ,reptile ,dan lain-lain.
            c. Zaman Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan)
Zaman Mesozoikum berusia sekitar 140 juta tahun dan disebut juga zman sekunder atau zman kedua.Beberapa jenis amfibi tumbuh menajadi besar sekali ,bahkn ada yang melebihi seekor buaya.Reptil mencapai bentuk sangat besar seperti dinosaurus (12 meter) ,tyrannosaurus (30 meter) ,brontosaurus (besarnya sepuluh kali besar gajah) ,dan ada pula reptil yang memiliki sayap dan mampu terbang berjam-jam di udara.
            d. Zaman Neozoikum atau Kainozoikum (Zaman Kehidupan Baru)
Zaman Neozoikm diperkirakan telah berusia 60 juta tahun.Pada zaman ini keadaan bumi semakin membaik dan perubahan cuaca tidak begitu besar pengaruhnya sehingga makhluk hidup berkembang dengan pesat.
                        Zaman Neozoikum dibedakan atas dua zaman ,yaitu
1.      Zaman Tersier
Zaman tersiaer dibagi menjadi beberapa masa ,yaitu paleosen ,eosin ,eligosen ,miosen ,dan pliosen.Sejak zaman paleosen mulai tampak makhluk primata (binatang menyusui serupa kera). Pada zaman miosen ada orang utan sedangkan pada masa pliosen hidup hewan yang lebih besar dari gorilla yang disebut Giganthropus (kera manusia raksasa). Giganthropus hidup berkelompok sehingga dapat berkembang dan menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Pada zaman eosin akhir di Kalimantan Barat ditemukan fosil hewan vertebrata ,yaitu Anthracotherium dan Choeromus (sebangsa babi purba) yang ditemukan di Asia daratan.
2.      Zaman Kuarter (3 juta tahun yang lalu)
Zaman kuarter dimulai sejak sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman kuarter ini bibagi menjadi 2 kala, yaitu :
a)      Kala Pleistosen atau Zaman Diluvium
Kala Pleistosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleistosen ditandai dengan munculnya kehidupan manusia purba. Zaman Pleistosen dibagi menjadi 2 zaman, yaitu :
1.      Zaman Glasial
Zaman meluasnya lapisan es dikutub utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es, sedangkan daerah yang jauh fari kutub terjadi hujan bertahun-tahun. Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya daratan di berbagai tempat karena adanya pergeseran bumi dan aktivitas gunung-gunung berapi memperluas lautan  , maka munculah Plat Sunda dan Plat Sahul di Indonesia.
2.      Zaman Interglasial
Zaman mencairnya lapisan es dikuub utara. Pada zaman ini ditandai dengan naiknya temperature sehingga lapisan es dikutub utara mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi banjir besar-besaran di berbagai tempat yang menyebabkan banyak daratan terpisah-pisah oleh selat dan lautan.
Hewan-hewan berbulu tebal yang mampu bertahan hidup mulai ada pada kala pleistosen, salah satunya adalah Mammuthus (gajah berbulu tebal).
Pada kala pleistosen juga terjadi perpindahan manusia purba dari wilayah Asia ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyak ditemukanya fosil Sinanthropus pekinensis  di Peking, Cina  yang sejenis dengan Pithecanthropus erectus  dari Trinil, Ngawi.
b)     Kala Holosen atau Zaman Aluvium
Kala holosen atau zaman aluvium berlangsung sejak 20.000 tahun yang lalu. Pada zaman holosen ini mulai muncul spesies Homo sapiens. Pada waktu suhu bumi memanas dan lapisan es dikutub utara mulai mencair, terbentuklah lautan di berbagai wilayah Indonesia memuculkan banyak pulau.
Pembagian Zaman berdasarkan pada kajian Arkeologi(berdasarkan jenis peralatan atau benda-benda yang digunakan sebagai penopang hidup), yaitu :
                            
a)      Zaman Batu
Zaman batu adalah zaman dimana manusia menggunakan alat-alat penunjang hidupnya sebagian besar terbuat dari batu. Manusia pendukung pada masa ini memiliki daya pikir yang sangat rendah. Zaman batu dibedakan menjadi 3 zaman, yaitu :
1)      Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Ciri-ciri zaman ini adalah ditemukannya peralatan manusia yang dibuat dari batu dan dikerjakan secara kasar. Batu berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk memotong kayu atau membunuh binatang buruan. Cirri manusia pada zaman paleolitikum ini masih berburu dan mengumpulkan makanan yang diperoleh dari alam (food gathering) dan hidup berpindah-pindah (nomaden).
2)      Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Kehidupan manusia pada zaman ini tidak jauh berbeda dari zaman paleolitikum, bedanya manusia zaman mesolitikum ini sudah bertempat tinggal tetap. Manusia pendukung zaman ini merupakan campuran bangsa-bangsa pendatang dari Asia, ini berarti alat-alat yang digunakan juga mendapat pengaruh dari daratan Asia.
3)      Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Ciri utama zama batu muda adalah manusia telah menghasilkan makanan (food producing). Manusia pendukung peradaban ini sudah bertempat tinggal tetap, bercocok tanam, dan beternak. Manusia pendukung zaman sudah mulai membuat aturan dalam suatu kelompok masyarakat.
4)      Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman megalitikum merupakan zaman transisi dari zaman batu ke zaman logam. Masyarakat zaman megalitikum memiliki cirri khas tertentu, mereka menganggap tanah merupakan salah satu unsure penting dalam kehidupan, sehingga ,masyarakat gemar bercocok tanam.
b)     Zaman Logam
Manusia yang hidup pada zaman ini telah menghasilkan peralatan dari logam. Zaman logam terbagi atas zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
1)      Zaman Tembaga
Zaman tembaga merupakan zaman awal manusia mengenal peralatan dari logam. Zaman tembaga hanya berkembang diwilayah luar Indonesia, seperti : Semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.
2)      Zaman Perunggu
Zaman dimana manusia banyak menggunakan peralatan yang terbuat dari perunggu.
3)      Zaman Besi
Pada zaman ini manusia telah melebur besi menjadi alat dalam kehidupan sehari-hari. Alat-alat dari besi digunakan untuk alat keperluan sehari-hari dan bekal kubur misalnya, benda-benda kubur ditemukan didalam kubur-kubur di daerah Wonosari (Jogjakarta) dan Besuki (Jawa Timur). Jenis alat-alat dari besi antara lain : mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul, dan tongkak.
Jenis-jenis Pithecanthropus adalah sebagai berikut.
1)         Pithecanthropus Mojokertensis (Manusia dari Mojokerto )
                                  Pithecanthropus Mojokertenis berarti manusia dari mojokerto .Fosil ini diteliti dan ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1936-1941 di daerah Perning ,Mojokerto. Hasil penemuannya berupa tengkorak anak-anak yang diperkirakan tengkorak tersebut berasal dari anak-anaknya Pithecantrhopus.
2)         Pithecantrhopus Soloensis (Manusia kera dari Solo)
                        Pithecantrhopus soloensis merupakan Pithecanthropus yang bertahan hdup sampai dengan akhir pleistosen tengah .Fosil pertama ditemukan di Ngandong, di Tepi Sungai Bengawan Solo pada tahun 1931-1934 .Peneliti Pithecanthropus Soloensis adalah Von Koenigswald, Oppernooth, dan Ter Haar.
                        Hasil penemuannya dilapisan pleistosen tengah mempunyai arti penting karena menghasilkan satu seri tengkorak berjumlah besar dalam waktu singkat pada satu tempat. Hasil temuannya berupa bagian atas tengkorak, tulang dahi, fragmen tulan pendinding ,dan tulang kering.
3)        Pithecantrhopus Erectus (Manusia Kera yang sudah dapat Berjalan Tegak)
                        Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil ,Lembah Sungai Bengawan Solo berasal dari Pleistosen tengah .Penelitian ini didasarkan pada penemuan tulang rahang, dua geraham, dagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri. Volume otaknya berada pada diantara volume otak kera dan manusia.
                        Penemuan fosil ini sering dihubungkan dengan teori evolusi Charles Darwin. Maka dianggap sebagai missing link atau makhluk peralihan dari kera menjadi manusia. Penemuan ini merupakan penemuan yang paling banyak dan paling luas penyebarannya di Indonesia.
                        Fosil Pithacantrhopus di Asia ditemukan digoa didaerah Chou-Kou-Tien , Cina yang dikenal dengan sebutan Pithecantrhopus (Sinantrhopus) pekinensis (manusia kuno dari Peking/Beiing) .Pithecantrhopus di Afrika ditemukan di Kenya yang dikenal dengan sebutan Australopithecus Africanus. Di Eropa Barat dan Eropa Tengah disebut manusia Plitdown dan Heidelberg .Menurut para ahli makhluk ini kemudian berevolusi menjadi homo Neanderthalensis. Menurut Teuku, Pithecantrhopus sudah bias diatur.
v  Homo (Manusia)
Fosil manusia purba jens homo adalah yang paling muda dibandingkan dengan jenis manusia purba lainnya .Manusia purba jenis Homo disebut juga Homo Erectus (manusia berjalan tegak) atau Homo Sapiens (manusia cerdas/bijaksana) .Berdasarkan umur lapisan tanah diperkirakan fosil Homo sangat bervariasi umurnya antara 25.000-40.000 tahun. Berikut cirri-ciri Homo Sapiens:
1.      Tinggi tubuh 130-210 cm, dengan berat badan 30-150 kg.
2.      Otak lebih berkembang disbanding Meganthropus dan Pithecanthropus ,berkisar 1.000-2.000 cc dengan rata-rata 1.350-1.450 cc.
3.      Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
4.      Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
5.      Mempunyai cirri-ciri khas Mongoloid dan Austromelanesoid.
6.      Otak besar dan kecil sudah berkembang terutama kulit dan otaknya.
7.      Berjalan lebih tegak.
8.      Muka tidak terlalu menonjol ke depan.
9.      Berkemampuan membuat peralatan dari batu dan tulang meskipun masih sederhana.

Berikut fosil manusia purba jenis homo yang di temukan di Indonesia.
1)         Homo Soloensis (manusia dari Solo)
              Fosil Homo Soloensis ditemukan oleh Tar Haar, Oppernooth, dan Von Koeniswald pada tahun 1931-1933. Fosil tersebut ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, yang berasal dari lapisan Pleistosen atas. Homo soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Homo soloensis mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.
a)      Otak kecilnya lebih besar daripada otak kecil Pithecanthropus Erectus.
b)      Tengkoraknya lebih besar daripada Pithecanthropus Erectus volumenya berkisar 1.000-1.300 cc.
c)      Tonjolan kening agak terputus di tengah (diatas hidung )
d)     Berbadan tegap dan tingginya ±180 cm.
2)         Homo Wajakensis
              Fosil manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan Van Rietschotten pada tahun 1889 di Wajak dekat Tulungagung. Diteliti oleh Eugene Dubois dan termasuk Homo Sapiens. Manusia jenis ini sudah dapat membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Mereka juga telah mengenal cara mengolah makanan.
            Homo Wajakensis mempunyi tengkorak yang cukup besar dengan ukuran sekitar 130-210 cm dan berat badan berkisar antara 30-150 kg. Manusia purba ini hidup sekitar 25.000-40.000 tahun yang lalu. Pada masa ini mereka memakan makanan yang dimasak terlebih dahulu meskipun masih sangat sederhana.
           Fosil Homo Wajakensis juga memiliki kesamaan dengan fosil ,amusia Niah di Sarawak Malaysia, manusia Tabon di Palawan, Filipina, dan fosil-fosil di Austroloid dari Cina Sejatan dan Australia selatan .

4.      Periodisasi kehidupan manusia purba di Indonesia
Hasil – hasil budaya manusia purba dari zaman batu dan zaman logam
a.      Zaman Batu
Dikatakan zaman batu karena alat-alat utama bagi kehidupan manusia dibuat dari batu.
Zaman batu dibedakan menjadi 4:
1)      Zaman Batu Tua ( paleolitikum / paleolitik )
Perkembangan kebudayaan zaman batu tua berlangsung sangat lambat karena keadaan alam yang masih liar dan labil. Alat-alat yang digunakan pada zaman batu tua masih kasar karena teknik pembuatannya masih sederhana. Alat-alat dari batu tersebut dibuat dengan membenturkan antara batu yang satu dan batu yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak dipergunakan sebagai alat. Peralatan dari batu dipakai untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas serta untuk mencari dan mengolah makanan.
      Berdasarkan penemuan alat-alat paleolitikum dapat disimpulkan bahwa manusia pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka hidup berpindah pindah atau nomaden. Peralatan pada zaman paleolitikum pertama kali ditemukan pada tahun 1935 di Jawa oleh Von Koenigswald dan M.W.F. Tweedie.
a)      Peninggalan Budaya
Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong
v Kebudayaan Pacitan
         Alat-alat yang berasal dari kebudayaan pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di sungai Baksoko desa Punung, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat ini berupa kapak genggam, yaitu kapak tidak bertangkai yang digunakan dengan cara mengenggam, kapak perimbas (chooper), kapak penetak, pahat genggam dan alat-alat serpih (flake).
         Alat serpih digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging, dan memotong ubi-ubian (seperti pisau pada zaman sekarang).  alat serpih banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi selatan, sumatera selatan dan timor.
v Kebudayaan Ngandong
Alat-alat yang ditemukan di Ngandong, Jawa Timur berupa kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake). Pada kebudayaan ngandong juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang berupa alat penusuk (belati), ujung tombak dengan gergaji pada kedua sisinya, alat pengorek umbi dan keladi, tanduk menjangan yang diruncingkan serta duri ikan pari yang digunakan sebagai mata tombak.
Alat-alat kebudayaan ngandong ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang dan tanduk ini dilanjutkan pada zaman megalitikum dalam kehidupan di gua lawa, sampung, ponorogo.
b)     Manusia Pendukung
Pendukung kebudayaan pacitan adalah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai berikut:
v Alat-alat dari pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dan fauna trinil)
v Di Chou-Kou-Tien, cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus, yaitu Sinanthropus pekinensis. Bersama-sama ini ditemukan juga alat-alat batu yang berupa dengan alat-alat batu dari Pacitan

Adapun pendukung kebudayaan Ngandong, yaitu Homo  soloensis dan Homo Wajakensis dengan alas an sebagai berikut:
v  Di Ngadirejo, sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo Soloensis.
v  Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo Wajakensis yaitu pleistosen atas.

c)      Kehidupan Sosial
            Berdasarkan penemuan alat-alat paleolitikum dapat disimpulkan bahwa manusia pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Hewan buruan manusia purba antara lain kerbau, banteng, rusa, dan monyet. Adapun makanan yang mereka kumpulkan dari alam berupa umbi-umbian dan buah-buahan. Mereka juga hidup dengan menangkap ikan disungai.
            Menurut Teuku Jacob, bahasa sebagai alat komunikasi melalui kata-kata disamping menggunakan bahasa isyarat.

2)      Zaman Batu Madya/ Batu Tengah (Mesopolitikum/mesolitik)
      Perkembangan kebudayaan pada zaman batu madya berlangsung lebih cepat daripada zaman batu tua karena pendukung kebudayaan ini adalah Homo Sapiens (manusia cerdas) dan keadaan alam pada zaman batu madya tidak seliar pada zaman batu tua sehingga dalam waktu lebih kurang 20.000 tahun manusia telah mencapai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dari apa yang telah dicapai manusia pada zaman paleolitikum.
      Alat-alat dari tulang yang digunakan pada zaman batu tua memegang peranan penting pada zaman batu madya.
a)      Peninggalan Budaya
1.      Kebudayaan Tulang Sampung ( Sampung Bone Culture )
Di abris sous roche banyak ditemukan alat-alat batu dan tulang dari
zaman batu madya. Abris sous roche adalah gua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1928-1931 Van Stein Callenfeils mengadakan penelitian mengenai abris sous roche di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo(Jawa Timur).
        Hasil kebudayaan yang ditemukan di gua tersebut adalah alat-alat dari batu, seperti mata panah,flake,batu-batu penggiling,serta alat-alat dari tulang dan tanduk. Selain alat-alat dari Sampung ini ditemukan fosil manusia Papua Melanesoid yang merupakan nenek moyang bangsa Papua dan Melanesia sekarang.
2.      Kebudayaan Toala ( Flake Culture )
        Dua orang peneliti dari Swiss (Fritz Sarasin dan Paul Sarasin) pada tahun 1893-1896 mengadakan penelitian di Gua Lamoncong, Sulawesi Selatan. Gua-gua tersebut masih didiami suku bangsa Toala. Mereka berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi, dan alat-alat tulang. Alat-alat yang menyerupai alat kebudayaan Toala juga di temukan di NTT, yaitu Flores, Roti, dan Timor, sedangkan di daerah Priangan, Bandung ditemukan flake terbuat dari obsidian (batu hitam yang indah).
3.      Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra ( Pebble Culture )
        Di sepanjang pesisir Sumatra timur laut, antara Langsa (Aceh) sampai dengan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari zaman batu madya. Penemuan tersebut berupa tumpukan kulit kerang yang membatu setinggi tujuh meter. Dalam bahasa Denmark,tumpukan kulit kerang ini disebut kjokkenmoddinger (sampah dapur). Van Stein Callenfeils pada tahun 1925 juga menemukan pebble (kapak Sumatra), batu-batu penggiling, alu dan lesung batu, kapak pendek (hache courte), serta pisau batu.
b)     Manusia Pendukung
Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras Papua Melanesoid, baik pada kebudayaan Sampung maupun di bukit kerang di Sumatra. Adapun pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan nenek moyang suku Toala sekarang yang juga merupakan keturunan bangsa Wedda dari Sri Lanka.
c)      Kehidupan Sosial
        Sebagian manusia pendukung kebudayaan mesolitikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi sebagian besar dari mereka sudah mempunyai tempat tinggal tetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Ada pula pendukung kebudayaan batu madya yang hidup di daerah pesisir. Mereka hidup dengan menangkap ikan, siput, dan kerang.
        Mereka bercocok tanam secara sederhana dan masih berpindah-pindah sesuai dengan keadaan kesuburan tanah. Tanaman yang mereka tanam semacam umbi-umbian. Pada masa itu, manusia purba sudah menjinakkan binatang. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil anjing di Gua Cokonda, Sulawesi Selatan.
d)     Seni Tulis
        Pendukung kebudayaan mesolitikum melakukan kegiatan menggambar pada dinding-dinding gua ketika mereka mulai hidup menetap di gua-gua. Pada tahun 1950 Van Heekern melakukan penelitian pertama kali lukisan di dinding gua di Leang Patta E, Sulawesi Selatan. Pada gua tersebut terdapat gambar cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah dan gambar seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya.
         Pada tahun 1977, Kosasih S.A menemukan lukisan gua di Pulau Muna Sulawesi Tenggara. Di gua tersebut ditemukan bermacam-macam lukisan seperti manusia dengan berbagai sikap,kuda,rusa,buaya,dan anjing. Pada tahun 1937 J. Roder menemukan lukisan dinding gua di Pulau Seram dan Pulau Kei. Lukisan di dinding gua tersebut  diantaranya cap-cap tangan,gambar kadal,manusia,rusa,burung,perahu,matahari,mata, dan gambar-gambar geometrik.
e)      Kepercayaan
Masyarakat pendukung zaman mesolitikum di Indonesia sidah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan contoh gambar nenek moyang yang dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat. Bukti adanya penguburan dari zaman mesolitikum ditemukan di Gua Lawa (Sampung) dan di kjokkenmoddinger. Mayat yang di kubur tersebut dibekali dengan bermacam-macam keperluan sehari-hari seperti kapak-kapak yang indah dan perhiasan. Ada juga mayat yang ditaburi demgan cat merah dalam suatu upacara penguburan dengan maksud memberikan kehidupan baru di alam baka.

3)   Zaman batu muda (Neolitikum/neolitik)
Zaman neolitikum merupakan zaman termuda dariurutan zaman-zaman. Ciri zaman ini     adalah alat-alat yang dipergunakan telah diasah lebih halus dan bentuknya telah semakin baik , mulai dikenal bahan untuk membuat alat dari tanah liat. Kebudayaan ini merupakan perkembangan dari food gathering ke food producing.
            Peninggalan kebudayaan pada zaman batu muda adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Penyebaran kebudayaan zaman batu muda menunjukkan penyebaran bangsa melayu Austronesia yang menghuni nusantara sebagai bangsa emigran dari Asia Tenggara
a)      Peninggalan budaya
Kebudayaan neolitikum adalah kebudayaan batu muda , ciri-cirinya adalah alat-alatnya sudah dibuat dengan baik, diasah (diupam) dan halus.
Perkembangan kebudayaan pada zaman batu muda sudah sangst maju . Dikarenakan adanya migrasi penduduk Proto-Melayu dari Yunani ,Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Pendatang baru membawa kebudayaan kapak persegi. Menurut R.   Soekmono kebudayaan neolitikum inilah yang menjadi dasar kebudayaan indonesia sekarang .
   Berdasarkan alat –alat batu yang ditemukan ,hasil kebudayaan zaman batu muda di indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar ,yaitu kapak persegi dan kapak lonjong .
(1)   Kapak Persegi
Kapak persegi adalah kampak yang berbentuk memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi kebanyakan terbuat dari batu api yang kuat atau kalsedon. Pemberian nama  kapak  persegi ini  berasal dari Van Heine Geldern. Kapak persegi ini ditemukan  di indonesia  bagian barat , yaitu di Sumatra, Jawa, dan Bali. Di indonesia bagian timur juga ditemukan kapak persegi yaitu di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan sedikit di Kalimantan . dapat di simpulkan bahwa penyebaran kebudayaan kapak persegi dari Asia daratan ke Kepulauan Nusantara melalui jalan barat yaitu dari Asia (Yunani, Cina Selatan) ke Asia Tenggara, Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Pusat-pusat kerajaan kapak persegi juga ditemukan di beberapa tempat di Jawa dan Sumatra, seperti di lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Kerawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan lereng selatan Gunung Ijen, Jawa Timur.
Kapak tersebut ada yang dibuat dari batu-batu indah dan tidak dipergunakan sebagai alat untuk bekerja tetapi untuk lambang kebesaran, jimat, dan alat upacara. Variasi lain kapak persegi adalah seperti kapak bahu, kapak tangga, kapak atas, kapak biola, dan kapak penarah .  Jenis lain kapak persegi yang ada di daratan Asia (Jepang, Filipina), tetapi tidak ada di indonesia ialah kapak pahu.
(2)   Kapak Lonjong
Kapak lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur.Pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai, kemudian diikat menyiku. Bahan kapak lonjong  adalah batu kali yang berwarna kehitaman. Ada dua macam kapak lonjong, yaitu kapak lonjong yang besar disebut walzenbeil, banyak ditemukan di Irian sehingga sering dinamakan Neolitikum Papua dan kapak yang kecil disebut keinbeil, banyak ditemukan di Kepulauan Tanimbar dan Seram.
Selain kapak lonjong tersebut ada kapak lonjong yang dibuat lebih indah dan hanya digunakan sebagai alat upacara. Penemuan kapak lonjong di Indonesia terbatas hanya di Indonesia bagian timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku,Tanimbar, Leti, dan Papua. Persebaran  kapak lonjong dari Asia Daratan  ke Kepulauan Indonesia melalui jalan timur, yaitu dari Asia Daratan ke Cina, Jepang, Formosa(Taiwan), Filipina, Minahasa, Maluku, dan Papua.
Kapak lonjong sampai abad ke-20 masih digunakan di irian jaya terutama di daerah terpencil dan terasing. Kapak lonjong di luar indonesia banyak di temukan di Burma, Cina, dan Jepang.
(3)   Alat  Serpih
Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat. Alat ini digunakan untuk alat pemotong, gurdi, atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi panah dan ujung tombak.
(4)   Gurdi dan Pisau
Gurdi dan pisau neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi danau, misalkan Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung, Danau Cangkuang , Leles Garut, Danau Leuwiliang Bogor (Jawa Barat), Danau Tondano-Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di Flores Barat (Nusa Tenggara Timur).
(5)   Perhiasan
Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulia, yang berupa gelang. Benda tersebut banyak ditemukan di Tasikmalaya, Cirebon , dan Bandung . Jenis perhiasan itu, antara lain gelang , kalung, manik-manik, dan anting-anting.
Bahan –bahan yang digunakan untuk pembuatan  perhiasan adalah batu-batu indah, seperti agat, kalsedon, dan jaspis.
(6)   Gerabah
Di zaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat bend-benda dari tanah liat yang dibakar yang disebut tembikar atau gerabah. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantuan roda seperti sekarang.jenis benda yang dibuat dari tanah liat, antara lain kendi, mangkuk, periuk belanga, dan manik-manik.
Gerabah digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga, untuk keperluan upacara dan dibuat indah untuk keperluan dekorasi. Gerabah banyak ditemukan dilapisa teratas bukit-bukit kerang di sumatra dan di bukit-bukit pasir pantai selatan Jawa, antara lain di Jogjakarta dan di Pacitan, kendeng Lembu (Banyuwangi), Tangerang, dan Minangga Sippaka (Sulawesi Tenggara). Di Melolo(Sumatra Barat) banyakgerabahyang ditemukan berisi tulang belulang manusia .
b)     Manusia Pendukung
Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi zaman batu muda berada di Indonesia bagian timur. Berasal dari ras Proto-Melayu (Melayu Tua)yang datang ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2.000 tahun lalu. Penduduk Indonesia yang merupakan termasuk ras Proto-Melayu antara lain suku Sasak, Batak, Dayak, dan Toraja, sedangkan manusia pendukung kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah ras Papua  Melanesoid.
c)      Kehidupan Sosial Budaya
Pada zaman batu muda terjadi perubah besar dalam bidang Sosial-budayayaitu disebut dengan Revolusi Neolitikum. Revolusi Neolitikum , yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (Food Gathering) menjadi menghasilkan makanan (Food Producing), kehidupan normal menjadi kehidupan menetap.
Masyarakat prasejarah pada masa ini menghasilkan makanan dari hasil bercocok tanam dan berternak. Tanaman yang mereka tanam awalnya berupa umbi-umbian dan selanjutnya mereka mengenal padi-padian (jawawut). Hewan yang pertama mereka jinakkan adalah anjing, kerbau, dan babi. Tetapi kegiatan berburu dan menangkap ikan masih mereka lakukan pada waktu senggang.
Kehidupan bercocok tanam dan menetap memberikan banyak waktu luang. Waktu luang tersebut merak gunakan untuk berkarya meningkat kan hasil budayanya seperti membuat perahu , membuat kerajinan, membuat anyamandan gerabah . mereka juga sudah mengenal pakaian , hal ini dibuktikan dengan ditemukan alat pemukul kulit kayu.mereka juga sudah mengenal perhiasan, terbukti denga ditemukan gelang, kalung, dan manik-manik dari batu indah .
Dalam pola bertempat tinggal , manusia pada zaman batu muda cenderung bertempat tinggal di dekat sumber air, seperti dekat sungai, tepian danau, dan di pesisir pantai. Tempat tinggal mereka pada dasarnya berupa rumah sederhana yang berbentuk bulat dengan atap dari daun-daunan. Rumah-rumah jenis ini masih di jumpai di Timor, Kalimantan Barat, Andaman, dan Nikobar. Kemudian berkembang bentuk rumah-rumah besar yang dibangun diatas tiang (panggung).
Dengan berkembangnya kehidupan sosial budaya yang lebih maju, maka mereka memerlukan alat komunikasi yang efektif, yaitu bahasa. Menurut H. Kern bahasa yang digunakan oleh penduduk di kepulauan Indonesia pada zaman neolitikum adalah bahasa Melayu Polinesia yang merupakan rumpun bahasa Austronesia .
d)     Kepercayaan
Masyarakat zaman neolitikum mempercayai adanya kekuatan-kekuatan”di luar”  kekuatan manusia. Kepercayaan masyarakat neolitikum , yaitu animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan tentang adanya roh-roh yang memiliki kekuatan di alam gaib,sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan dari roh. Masyarakat neolitikum percaya bahwa ada kehidupan lain. Diadakan upacara untuk seseorang terutama kepala suku yang meninggal. penguburan dilakukan di tempat yang dianggap tempat tinggal nenek moyang atau asal- usul masyarakat.  Mayat yang dikubur diberi bekal  seperti perhiasan, kapak yang indah, dan periuk. Puncak dari penguburan  didirikan bangunan dari batu-batu besar   (bagunan megalitik). Tujuan pemujaan adalah untuk mendapatkan kesejahteraan bagi yang masih hidup, memberikan kesuburan tanah untuk bercocok tanam, dan agar hewan-hewan ternak dapat berkembang .
4)   zaman Batu Besar (Megalitikum/Megalitik)
Megalitikum merupakan kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan Monumental yang terbuat dari batu-batu besar. Bangunan ini digunakan untuk menghormati dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kebudayaan muncul pada zaman neolitikum dan berkembang luas pada zaman logam. Peninggalan megalitikum menyebar hampir seluruh nusantara dan tradisi megalitikum masih ditemukan di Pulau Nias, Sumba, Flores, dan Toraja. Hasil penting kebudayaan megalitikum adalah sebagai berikut :
a)      Punden Berundak
Punden berundak adalah bangunan pemujaan para leluhur berupa bangunan bertingkat dengan bahan dari batu, di atasnya biasa didirika menhir. Banyak dijumpai di Kosala dan Arca Domas Banten, Cisolok Sukabumi,  serta Pugungharjo di Lampung. Punden berundak merupakan dasar pembuatan candi, keratin atau bangunan keagamaan lainnya.

b)     Menhir(men = batu; hir = tegak/berdiri)
Menhir ialah tiang atau tugu terbuat dari batu yang didirikan sebagai tanda peringatan ddan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pujaan dan ditempatkan pada suatu tempat. Fungsi menhir sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang , sebagai tempat memperingati seseorang (Kepala Suku) yang telah meninggal, dan sebagai tempat menampung kedatangan roh.
Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah. menhir  juga berfungsi sebagai tempat untuk menambatkan hewan kurban . tempat ditemukan menhir antara lain: Pasemah(Sumatra Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala dan Lebak Sibedug, Leles, Karang Muara, Cisolok (Jawa Barat), Pekauman bondowoso (Jawa Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Belu (Timor), Bada-Besoha, dan Toraja, Sulawesi.
c)      Kubur Peti Batu
Banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. Kubur peti batu , yaitu peti jenazah yang terpendam di dalam tanah yang berbentuk persegi panjang , sisi, alas, dan tutupnya terbuat dari papan batu.
d)     Warung a
Waruga adalah kuburan batu yang berbentuk kubus atau bulat dengan tutup berbentuk atap rumah. Bentuk dan fungsi waruga seperti sarkofagus, tetapi dengan penempatan posisi mayat jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di Minahasa.
e)      Sarkofagus
Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang bentuknya seperti lesung tetapi mempunyai tutup. Salah satu penemuan sarkofagus adalah di Bali, isinya tulang belulang manusia, barang-barang perunggu dan besi, serta manik-manik. Sarkofagus juga ditemukan di Bondowoso, Jawa Timu.
Untuk melindungi roh jasad yang sudah mati dari gangguan gaib, pada sarkofagus sering dipahat motif kedok/topeng dengan berbagai ekspresi. Sarkofagus juga diartikan sebagai ‘’perahu roh’’ untuk membawa roh berlayar ke dunia roh.
f)       Dolmen (dol =meja; men = batu)
Dolmen adalah meja batu besar dengan permukaan rata sebagai tempat meletakan sesaji , sebagai tempat meletakan roh, dan menjadi tempat duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari leluhurnya.
Dolmen ada yang berkakikan menhir seperti yang ditemukan di Pasemah Sumatra Selatan, ada juga dolmen yang digunakan sebagai kubur batu seperti yang ditemukan di Bondowoso dan di Merawan, Jember , Jawa Timur.
g)      Arca atau Patung
Arca atau patung adalah bagunan yang terbuat dari batu berbentuk binatang atau manusia yang melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan. Peninggalan megalit ini banyak diemukan di dataran tinggi Pasemah(pegunungan antara wilayah palembang dan bengkulu). Penyelidikan di pasemah ini dilakukan oleh Dr. Van  der Hoop dan Van Heine Geldern. Di lembah Bada, Sulawesi Tengah d. Penyelidikan di pasemah ini dilakukan oleh Dr. Van  der Hoop dan Van Heine Geldern. Di lembah Bada, Sulawesi Tengah ditemukan juga dua buah arca yang melambangkan sosok lelaki dan perempuan.
Bangunan-bangunan megalitikum tersebut sering kali ditemukan bersama dengan alat-alat dari zaman neolitikum dan yang paling banyak ditemukan bersama alat-alat dari zaman logam. Van Heine Geldern membagi penyebaran megalitikum ke indonesia menjadi dua gelombang antara lain:
a)      Megalitikum Tua, menghasilkan menhir, punden berundak, dan arca-arca statis menyebar ke indonesia pada zaman neolitikum (2500-1500 SM) dibawa oleh penduduk kebudayaan kapak persegi (Proto-Melayu)
b)      Megalitikum Muda, menghasilkan kubur peti batu, dolmen, waruga, sarkofagus, dan arca-arca menyebar ke indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawah oleh pendukung kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).
e)      Zaman Logam
Disebut zaman logam karena masyarakat pendukungnya sudah mampu mengolah, melebur, dan membuat alat-alat dari logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari kebudayaan Dongsong (Vietnam). Walaupu alat dari logam banya dibuat dan dipakai manusia , alat-alat batu dan gerabah masih digunakan untuk keperluan sehari-hari.
1)      Hasil-hasil kebudayaan
pada zaman logam , hasi-hasil kebudayaan berupa kapak corong, nekara, bejana,perunggu, arca-arca, benda-benda dari besi , dan gerabah.
a)      Nekara
Nekara merupakan genderang besar yang terbuat dari perunggu berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup di bagian atasnya. Nekara berfungsi sebagai sarana upacara (kesuburan dan kematian) dan dijadikan simbul status sosial. Fungsi lain untuk memanggil roh leluhur untuk turun ke dunia memberi berkat serta memanggil hujan.
Hiasan nekara sangat indah berupa garis-garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan gambar geometris lainnya , binatng-binatang (burung, gajah, merak, rusa, kuda), runah, perahu, orang-orang berburu, tari-tarian dll.
Nekara ditemukan di Sumatra, Jawa, Rote, Selayar, dan Kepulauan Kei. Nekara terbesar terdapat di Pura Penataran Sasih di Desa Intaran daerah Pajeng, Bali. Nekara bergaris tengah 160 cm dan tingginya 198 cm. Di Alor ditemukan nekara yang kecil dan langsing yang disebut Moko atau Mako.
b)     Kapak Corong (Kapak Sepatu)
kapak corong adalah kapak yang bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Corong Digunakan untuk memasang tangkai kayu berbentuk menyiku seperti bentuk kaki. Disebut juga kapak sepatu. Kapak corong ada yang bagian tajamnya lurus dan ada yang melengkung panjang (candrasa).
Kapak corong besar berfungsi sebagai cangkul, kapak corong yang kecil digunakan mengerjakan kayu, sedangkan kapak yang tajam melengkung panjang diguakan untuk upacara dan sebagi tanda kebesaran seorang kepala suku.  Kapak untuk upacara dihiasi bermacam-macam pola hias. Banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Kepulauan Selayar dan dekat Danau Sentani, Papua.
c)      Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda berbentuk seperti gitar Spanyol  yang tidak bertangkai. Hiasan bejana perunggu adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf”J”. Di indonesia bejana perunggu ditemukan para ahli di daerah Madura dan Sumatra.
Bejana juga ditemukan di Pnom Penh (Kamboja). Zaman perunggu di indonesia ini lebih dikenal dengan nama kebudayaan Dongson.
d)     Perhiasan
Bentuk perhiasan beraneka ragam dan ditemukan di daerah Bogor, Bali, dan Malang. Perhiasan dari besi banyak ditemukan bersamaan dengan benda-benda dari perunggu.
Manik-manik yang ditemukan di indonesia bermacam-macam bentuk dan biasanya digunakan sebagai perhiasan atau bekal kubur, tempatpenemuan antara lain di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone, dll.
e)      Arca Perunggu
Arca perunggu mengambarkan manusia ditemukan di Bangkinang (Riau), Palembang, Bogor, dan Lumajang ( Jawa Timur). Bentuk beraneka macam seperti , menggambarkan orang menari, naik kuda, memegang busur panah, yang menarik arca dibagian kepala diberi tempat untuk mengaitkan tali atau menggantung.
f)       Benda-Benda Besi
Benda-benda besi ditemukan sebagai bekal kubur, seperti didalam kubur – kubur di Wonosari (Jawa Tengah) dan di Besuki (Jawa Timur). Berupa mata panah, pisau, sabit, pedang, mata tombak, gelang-gelang besi .
2)      Manusia Pendukung
Manusi endukung kebudayaan perunggu di indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara Daratan. Merpakan penduduk Deutro Melayu (Melayu Muda) dengan membawa kebudayaan Dongson (Vietnam), yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara. Deutro Melayu merupakan nenek moyang dari suku bangsa Jawa, Bali, Bugis, Madura dsb.
Pada zaman logam adanya perbauran antara penduduk Melayu Mongoloid (Proto- Melayu dan Deutro Melayu) dan penduduk Papua Melanesoid (Austro-melanesoid). Diketahui dengan ditemukan rangka-rangka manusia di Jawa, Sulawesi, Sumba, dan Timor yang menunjukkan ciri-ciri Melayu Mongoloid dan Austro- melanesoid.
3)      Kehidupan Sosial Budaya
Zaman logam manusia di indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai. Mereka tinggal dirumah panggung yang panjang dengan beberapa keluarga di dalamnya. Diketahui dari ragam hias pada nekara perunggu. Bukti-bukti sisa tempat kediaman mereka di Sumatra, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumbawa, Sumba, dan Pulau di NTT dan Maluku.
Tata susunan masyarakat pada zaman logam semakin kompleks. Pembuatan alat-alat logam mendorong adanya pembagian kerja berdasarkan keahlian.
Mata pencarian masyarakat pada zaman logam adalah petani . terbukti dengan ditemukannya mata sabit, alat penyiang rumput, dan mata bajak. Perburuan masih dilakukan secara perorangan atau secara beramai-ramai dengan tombak, panah, dan jerat.
C.   Proses Perkembangan Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan Masyarakat, Prasejarah Indonesia
Kehidupan manusia sampai saat ini melalui proses panjang. Manusia praaksara harus mengalami perubahan demi perubahan , dari masa, ke masa dan dari suatu ras ke ras berikutnya.
Masyarakat indonesia semula merupakan masyaraktat berburu dan pengumpul makanan, kemudian berkembang menjadi masyarakat yang hidup menetap dan bercocok tanam. Dengan hidup menetap mereka melahirkan budaya. Budaya berasal dari batu dan tulang yang masih sederhana, kemudian meningkat dan bahkan ke budaya pengolahan besi. Berkembang pula budaya megalitikum dengan sistem kepercayaan yang dianut mereka.
1.      Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan(Meramu)
a)      Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Pada masa berburu dan meramu lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan bumi masih labil. Saat itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup hutan yang lebat. Binatang purba masih hidup.
Manusia pendukung masa itu adalah Pithecanthropus erectus dan Homo wajakensis. Kegiatan berburu dan mengumpulkan (meramu) makanan telah ada semenjak manusia munculdi permukaan bum, begitu pula manusia indonesia. Kegiatan berburu dan meramu merupakan yang paling sederhana, karena manusia tinggal mengambil makanan secara langsung dari alam dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering).
1)      Kehidupan Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Pada masa berburu dan meramu  bergantung dengan alam. Tempat menarik untuk didiami pada waktu itu adalah daerah yang cukup mengandung bahan makanandan air, terutamatempat yang sering didatangi atau dilalui oleh binatang. Umumnya berupa padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil yang berdekatan dengan sungai atau danau. Selain itu, mereka juga banyak tinggal di gua untuk menghindari serangan binatang buas.
Manusia purba mencari makanan pada pagi hari dan kembali ke gua pada sore hari. Apabila sumber makanan habis , mereka akan berpindah tempat . pola bertempat tinggal seperti itu bukan murni nomaden, melainkan seminomaden.
2)      Kegiatan Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Manusia purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal, hidup dalam kelompok . kelompok berburu tersusun atas keluarga kecil . pihak laki-laki melakukan perburuan , sedangkan perempuan mengumpulkan bahan makanan (tumbuh-tumbuhan) dan mengurus anak.
Mereka hidup dari berburu dan meramu sehingga peralatan utamanya adalah alat-alat berburu.
Alat tersebut digunakan untuk memotong daging dan tulang dari binatang buruan yang mereka peroleh dan untuk mengeluarkan umbi-umbian dari dalam tanah.
Selain alat dari batu, manusia praaksara menggunakan alat-alat dari tulang. Alat-alat dari tulang pada zaman tersebut untuk sementara hanya ditemukan di Ngandong (Ngawi) dan Sampung (Ponorogo). Alat-alat tersebut diduga hasil budaya Pithecanthropus soloensis pada kala pleistosen
3)      Penggunaan Api pada Zaman Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Penggunaan api pada masyarakat berburu dan meramu tingkat awal diketahui dengan cara membandingkan pada situs penggalian Homo erectus di cina. Dapat disimpulkan bahwa Homo erectus di indonesia sudah mengenal dan menggunakan api. Api digunakan untuk memasak makanan, mengusir binatang buas, menghangatkan tubuh pada malam hari, penerangan di dalam gua , dan berburu.
Upaya-upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya antara lain.
a)      Menciptakan berbagai alat dari batu dan tulang untuk menutupi kekurangan fisiknya, seperti kapak genggam, kapak perimbas, alat serpih (flake), dan alat tulang.
b)      Hidup berkelompok antara sepuluh sampai lima belas orang.
c)      Hidup berpindah-pidah di daerah-daerah dekat sumber air seperti sungaidan danau.
d)     Penemuan api, api berguna untuk menghangatkan badan pada musim digin dan untuk memasak makanan.
b)     Masyarakat Berburu dan Meramu tingkat lanjut
Masa berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung setelah zaman pleistosen. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Hidup dengan cara berburu binatang di dalam hutan , menangkap ikan, dan mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian, buah-buahan , biji-bijian , daum-daunan. Alat yang digunakan pada berburu dan meramu misalnya, kapak gengam, flake, dan alat-alat dari tulang. Juga telah dikenal gerabah berfungsi sebagai wadah.
Pola bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semisedenter. Mampu mengumpulkan makanan dalam jumlah yang banyak, mulai lebih lama mendiami suatu tempat. Pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan . daging buruan diawetkan degan cara dijemur setelah diberi ramuan. Nereka bertempat tinggal di gua-gua(abris sous roche) .
Masyarakat berburu dan meramu telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita tidak banyak terlibat  dalam kegiatan perburuan, lebih banyak berada di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka. Berburu dan meramu tingkat lanjutan telah mengenal bercocok tanam di lakukan secara berpindah-pindah. Mereka membuka lahan dengan cara menebang hutan, membakar, dan membersihkan.
Kehidupan semisedenter memberi banyak waktu luang. Waktu luang digunakan untuk membuat aalat-alat dari batu dan tulang serts membuat lukisan pada dinding gua. Seperti cap telapak tangan , babi, kadal, perahu, menggambarkan kegiatan berburu berhubungan dengan kepercayaan, yaitu penghormartan terhadap nenek moyang, upacara kesuburan, dan keperlua perdukunan.
2.      Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam dan Hidup Menetap

Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Hubungan dalam kelompok cerminan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota masyarakat yang lain.
Kehidupan sosial masa bercocok tanam terlihat melalui cara bekerja dengan bergotong royong. Semua pekerjaan dilakukan dengan gotong royong. Seperti bertani, merambah hutan, berburu, membangun rumah, dll. Cara hidup bergotong royong merupakan ciri kehidupan masyarakat yang bersifat agraris. Kegiatan gotong royong masih ada didaerah pedesaan.
Dalam kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus interpares). Gelar primus interpares di indonesia adalah ratuatau datu(k) artinya orang terhormat dan yang patut dihormati karena kepemimpinannya, kesetiaannya, pengalamannya, dll. Masyarakat sudah terampilmembuat gerabah, anyaman, pakaian, dan perahu. Bahan anyaman dari bambu, rumput dan rotan, dengan teknik anyam,dan pola geometris. Digunakan sebagai alat rumah tangga.
Revolusi kehidupan manusia dari food gathering (penyediaan alam) ke food producing dibuktikan dengan beberapa hal yang disampaikan seorang ahli purbakala, Dr. Brandes. Dr. Brandesmengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengaruh hindu-buddha, di indonesia telah ada sepuluh unsur pokok sebagai berikut.
1.      Kemampuan Berlayar
2.      Mengenal Astronomi
3.      Kepandaian Bersawah
4.      Aktivitas Perdagangan
5.      Mengatur Masyarakat
6.      Seni Batik
7.      Kesenian Wayang
8.      Sistem Macapat
9.      Seni Gamelan
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.       Sudah mengenal bercocok tanam secara baik
b.      Sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri/ menghasilkan makanan sendiri (food producing). Disamping berburu dan menangkap ikan, mereka telah memelihara binatang-binatang jinak, seperti anjing , babi, kerbau.  Binatang itu selain utuk konsumsi tetapi juga untuk kurban.
c.       Sudah memiliki tempat tinggal yang menetap secara mantap
d.      Peralatan yang dibuat dari batu lebih halus seperti kapak , tombak, panah. Juga membuat perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
e.       Peradaban mereka sudah lebih maju , alat-alat rumah tangga dibuat lebih baik dan mereka telah mengerti seni.
3.      Perkembangan Teknologi Masyarakat Awal Indonesia
Dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan semakin maju.pada waktu itu manusia telah mengenal teknologi walaupun teknologi tersebut hanya terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana yang dibutuhkan dalam aktivitas kehidupan. Pada waktu itu terlihat jelas pada teknikpembuatan rumah tinggal atau peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidup.
Ketika mulai mengenal logam , mereka telah dapat menggunakan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam. Seperti peralatan rumah tangga, pertanian, berburu, berkebun, dll. Orang yang ahli membuat peralatan dari logam disebut undagi, sedangkan tempat pembuatan alat-alat tersebut disebut perundagian.
Masyarakat indonesia mulai mengenal benda dari logam, berupa logam campuran yang disebut logam perunggu,merupakan campuran logam tembaga dan timah. Teknik- teknik pengolahan logam sebagai berikut.
a.      Teknik Bivalve(setangkap)
Menggunakan dua cetakan ,diberi lubang bagian atas, kemudian dituangkan logam cair. Jika sudah dingin dibuka.bila membuat berongga diberi tanah lia. Cetakan dapat digunakan berkali-kali.


b.      Teknik  A Cire Perdue (Cetakan Licin)
Pembuatan perunggu menggunakan teknik a cire diawali membuat bentuk benda logam dar lilin berisi tanah liat. Bentuk lilin dihias. Lilin yang lengkap dibungkus dengan tanah liat yang lunak dengan bagian atas dan bawah dilubangi. Lubang atas dituangkan perunggu cairdan lubang bawah mengalir lilin yang meleleh. Bila perunggu sudah dingin, maka cetaan di pecah untuk mengambil yang sudah jadi. Cetakan ini hanya digunakan satu kali.
4.      Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara di indonesia  disebut agama asli atau religi. Manusia menyadari bahwa makhluk halus atau roh memiliki wujud nyat dan sifat yang mendua, yaitu sifat yang membawa kebaikan dan sifat yang mendatangkan keburukan.
Lukisan yang terdapat di gua-gua mempunyai nilai estetika,dan etika magis. Beberapa ahli menyimpulkan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah memiliki arti kekuatan atau perlindungan dari roh-roh jahat. Seperti lukisan di papua mempunyai kaitan dengan upacara penghormatan nenek moyang, meminta hujan dan kesuburan, serta memperingati peristiwa yang sangat penting. Keyakinan itu mendorong beberapa kepercayaan di indonesia antaranya , animisme, dinamisme, dan totemisme.
Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib seperti gunung, batu, dan api. Totemisme  merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau orang tertentu.
Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi kepercayaan asli bangsa indonesia sebelum agama Hindu dan Buddha masuk ke indonesia.
Menhir atau arca, merupakan lambang dan takhta persemayaman roh leluhur. Digunakan sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dolmen dan punden berundak berkaitan dengan aktivitas upacara, karena dolmen digunakan sebagai tempat sesaji, sedangkan punden berundak digunakan untuk tempat upacara. Kepercayaan animisme juga terlihat pada upacara kematian. Upacara kematian dilandasi dengan kepercayaan bahwa kematian  itu tidak membawa perubahan dalam kedudukan , keadaan dan sifat seseorang.
Keyakinan adanya dunia arwah terlihat dari arah penempatan kepala mayat diarahkan ke tempat asal atau tempat bersemayam roh nenek moyang. Tempat roh nenek moyang adalah tempat matahari terbit atau terbenam dan tempat-tempat yang tinggi misal gunung dan bukit. Buktinya hasil penggalian kuburan- kuburan kuno di Bali dan Kalimantan yang menunjukan arah kepala mayat ke arah timur, barat atau ke puncak-puncak gunung atau bukit.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar