KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
A. Peradaban Awal Manusia
1. Keadaan Alam
Berdasaran
geologi (ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi) kurun waktu sejak mulai
terbentuknya bumu sampai sekarang dapat dibag mejadi beberapa zaman,yaitu:
a. Zaman Arkaekum atau Azoikum
(Zaman Tertua)
Zaman
yang paling tua ini diprkirakan berusia 2.500 juta tahun.Pada zaman ini
diperkirakan belum ada tanda-tanda kehidupan.
b. Zaman
Paleozoikum (Zaman Kehidupan Tertua)
Zaman
ini diperkirakan berusia sekitar 340 juta tahun.Pad zaman ini keadaan bumi
masih belum stabil dan masih terus berubah-ubah ,namun sudah mulai tampak
tanda-tanda kehidupan ,yaitu adanya makhluk bersel satu atau
mikroorganisme.Pada zaman ini sudah muncul makhluk hidup lainya sejenis ikan
,amfibi ,reptile ,dan lain-lain.
c. Zaman
Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan)
Zaman
Mesozoikum berusia sekitar 140 juta tahun dan disebut juga zman sekunder atau
zman kedua.Beberapa jenis amfibi tumbuh menajadi besar sekali ,bahkn ada yang
melebihi seekor buaya.Reptil mencapai bentuk sangat besar seperti dinosaurus
(12 meter) ,tyrannosaurus (30 meter) ,brontosaurus (besarnya sepuluh kali besar
gajah) ,dan ada pula reptil yang memiliki sayap dan mampu terbang berjam-jam di
udara.
d. Zaman Neozoikum
atau Kainozoikum (Zaman Kehidupan Baru)
Zaman
Neozoikm diperkirakan telah berusia 60 juta tahun.Pada zaman ini keadaan bumi
semakin membaik dan perubahan cuaca tidak begitu besar pengaruhnya sehingga
makhluk hidup berkembang dengan pesat.
Zaman Neozoikum dibedakan atas dua zaman
,yaitu
1.
Zaman
Tersier
Zaman
tersiaer dibagi menjadi beberapa masa ,yaitu paleosen ,eosin ,eligosen ,miosen
,dan pliosen.Sejak zaman paleosen mulai tampak makhluk primata (binatang
menyusui serupa kera). Pada zaman miosen ada orang utan sedangkan pada masa
pliosen hidup hewan yang lebih besar dari gorilla yang disebut Giganthropus (kera manusia raksasa). Giganthropus hidup berkelompok sehingga
dapat berkembang dan menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Pada zaman eosin akhir di Kalimantan Barat ditemukan fosil hewan vertebrata
,yaitu Anthracotherium dan Choeromus (sebangsa babi purba) yang
ditemukan di Asia daratan.
2.
Zaman
Kuarter (3 juta tahun yang lalu)
Zaman
kuarter dimulai sejak sekitar 600.000 tahun yang lalu. Zaman kuarter ini bibagi
menjadi 2 kala, yaitu :
a)
Kala
Pleistosen atau Zaman Diluvium
Kala
Pleistosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleistosen
ditandai dengan munculnya kehidupan manusia purba. Zaman Pleistosen dibagi
menjadi 2 zaman, yaitu :
1.
Zaman
Glasial
Zaman
meluasnya lapisan es dikutub utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara
tertutup es, sedangkan daerah yang jauh fari kutub terjadi hujan
bertahun-tahun. Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya daratan di
berbagai tempat karena adanya pergeseran bumi dan aktivitas gunung-gunung
berapi memperluas lautan , maka munculah
Plat Sunda dan Plat Sahul di Indonesia.
2.
Zaman
Interglasial
Zaman
mencairnya lapisan es dikuub utara. Pada zaman ini ditandai dengan naiknya
temperature sehingga lapisan es dikutub utara mencair, akibatnya permukaan air
laut naik dan terjadi banjir besar-besaran di berbagai tempat yang menyebabkan
banyak daratan terpisah-pisah oleh selat dan lautan.
Hewan-hewan
berbulu tebal yang mampu bertahan hidup mulai ada pada kala pleistosen, salah
satunya adalah Mammuthus (gajah berbulu tebal).
Pada
kala pleistosen juga terjadi perpindahan manusia purba dari wilayah Asia ke
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyak ditemukanya fosil Sinanthropus pekinensis di Peking, Cina yang sejenis dengan Pithecanthropus erectus dari
Trinil, Ngawi.
b)
Kala
Holosen atau Zaman Aluvium
Kala
holosen atau zaman aluvium berlangsung sejak 20.000 tahun yang lalu. Pada zaman
holosen ini mulai muncul spesies Homo
sapiens. Pada waktu suhu bumi memanas dan lapisan es dikutub utara mulai
mencair, terbentuklah lautan di berbagai wilayah Indonesia memuculkan banyak
pulau.
Pembagian
Zaman berdasarkan pada kajian Arkeologi(berdasarkan jenis peralatan atau
benda-benda yang digunakan sebagai penopang hidup), yaitu :
a)
Zaman
Batu
Zaman
batu adalah zaman dimana manusia menggunakan alat-alat penunjang hidupnya
sebagian besar terbuat dari batu. Manusia pendukung pada masa ini memiliki daya
pikir yang sangat rendah. Zaman batu dibedakan menjadi 3 zaman, yaitu :
1)
Zaman
Batu Tua (Paleolitikum)
Ciri-ciri
zaman ini adalah ditemukannya peralatan manusia yang dibuat dari batu dan
dikerjakan secara kasar. Batu berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk
memotong kayu atau membunuh binatang buruan. Cirri manusia pada zaman
paleolitikum ini masih berburu dan mengumpulkan makanan yang diperoleh dari
alam (food gathering) dan hidup
berpindah-pindah (nomaden).
2)
Zaman
Batu Tengah (Mesolitikum)
Kehidupan
manusia pada zaman ini tidak jauh berbeda dari zaman paleolitikum, bedanya
manusia zaman mesolitikum ini sudah bertempat tinggal tetap. Manusia pendukung
zaman ini merupakan campuran bangsa-bangsa pendatang dari Asia, ini berarti
alat-alat yang digunakan juga mendapat pengaruh dari daratan Asia.
3)
Zaman
Batu Muda (Neolitikum)
Ciri
utama zama batu muda adalah manusia telah menghasilkan makanan (food producing).
Manusia pendukung peradaban ini sudah bertempat tinggal tetap, bercocok tanam,
dan beternak. Manusia pendukung zaman sudah mulai membuat aturan dalam suatu
kelompok masyarakat.
4)
Zaman
Batu Besar (Megalitikum)
Zaman
megalitikum merupakan zaman transisi dari zaman batu ke zaman logam. Masyarakat
zaman megalitikum memiliki cirri khas tertentu, mereka menganggap tanah
merupakan salah satu unsure penting dalam kehidupan, sehingga ,masyarakat gemar
bercocok tanam.
b)
Zaman
Logam
Manusia
yang hidup pada zaman ini telah menghasilkan peralatan dari logam. Zaman logam
terbagi atas zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
1)
Zaman
Tembaga
Zaman
tembaga merupakan zaman awal manusia mengenal peralatan dari logam. Zaman
tembaga hanya berkembang diwilayah luar Indonesia, seperti : Semenanjung
Malaya, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.
2)
Zaman
Perunggu
Zaman
dimana manusia banyak menggunakan peralatan yang terbuat dari perunggu.
3)
Zaman
Besi
Pada
zaman ini manusia telah melebur besi menjadi alat dalam kehidupan sehari-hari. Alat-alat
dari besi digunakan untuk alat keperluan sehari-hari dan bekal kubur misalnya,
benda-benda kubur ditemukan didalam kubur-kubur di daerah Wonosari (Jogjakarta)
dan Besuki (Jawa Timur). Jenis alat-alat dari besi antara lain : mata kapak,
mata sabit, mata pisau, mata tembilang, mata pedang, cangkul, dan tongkak.
Jenis-jenis
Pithecanthropus adalah sebagai berikut.
1)
Pithecanthropus Mojokertensis (Manusia
dari Mojokerto )
Pithecanthropus Mojokertenis berarti manusia dari mojokerto .Fosil ini
diteliti dan ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1936-1941 di daerah Perning
,Mojokerto. Hasil penemuannya berupa tengkorak anak-anak yang diperkirakan
tengkorak tersebut berasal dari anak-anaknya Pithecantrhopus.
2)
Pithecantrhopus Soloensis (Manusia kera
dari Solo)
Pithecantrhopus
soloensis merupakan Pithecanthropus yang bertahan hdup sampai dengan akhir
pleistosen tengah .Fosil pertama ditemukan di Ngandong, di Tepi Sungai Bengawan
Solo pada tahun 1931-1934 .Peneliti Pithecanthropus Soloensis adalah Von
Koenigswald, Oppernooth, dan Ter Haar.
Hasil penemuannya
dilapisan pleistosen tengah mempunyai arti penting karena menghasilkan satu
seri tengkorak berjumlah besar dalam waktu singkat pada satu tempat. Hasil
temuannya berupa bagian atas tengkorak, tulang dahi, fragmen tulan pendinding
,dan tulang kering.
3) Pithecantrhopus Erectus (Manusia Kera yang
sudah dapat Berjalan Tegak)
Fosil ini ditemukan
oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil ,Lembah Sungai Bengawan Solo
berasal dari Pleistosen tengah .Penelitian ini didasarkan pada penemuan tulang
rahang, dua geraham, dagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri. Volume
otaknya berada pada diantara volume otak kera dan manusia.
Penemuan fosil ini
sering dihubungkan dengan teori evolusi Charles Darwin. Maka dianggap sebagai
missing link atau makhluk peralihan dari kera menjadi manusia. Penemuan ini
merupakan penemuan yang paling banyak dan paling luas penyebarannya di
Indonesia.
Fosil Pithacantrhopus
di Asia ditemukan digoa didaerah Chou-Kou-Tien , Cina yang dikenal dengan
sebutan Pithecantrhopus (Sinantrhopus) pekinensis (manusia kuno dari
Peking/Beiing) .Pithecantrhopus di Afrika ditemukan di Kenya yang dikenal
dengan sebutan Australopithecus Africanus. Di Eropa Barat dan Eropa Tengah
disebut manusia Plitdown dan Heidelberg .Menurut para ahli makhluk ini kemudian
berevolusi menjadi homo Neanderthalensis. Menurut Teuku, Pithecantrhopus sudah
bias diatur.
v Homo
(Manusia)
Fosil manusia purba
jens homo adalah yang paling muda dibandingkan dengan jenis manusia purba
lainnya .Manusia purba jenis Homo disebut juga Homo Erectus (manusia berjalan
tegak) atau Homo Sapiens (manusia cerdas/bijaksana) .Berdasarkan umur lapisan
tanah diperkirakan fosil Homo sangat bervariasi umurnya antara 25.000-40.000
tahun. Berikut cirri-ciri Homo Sapiens:
1.
Tinggi tubuh 130-210 cm, dengan berat
badan 30-150 kg.
2.
Otak lebih berkembang disbanding
Meganthropus dan Pithecanthropus ,berkisar 1.000-2.000 cc dengan rata-rata
1.350-1.450 cc.
3.
Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah
menyusut.
4.
Tonjolan kening sudah berkurang dan
sudah berdagu.
5.
Mempunyai cirri-ciri khas Mongoloid dan
Austromelanesoid.
6.
Otak besar dan kecil sudah berkembang
terutama kulit dan otaknya.
7.
Berjalan lebih tegak.
8.
Muka tidak terlalu menonjol ke depan.
9.
Berkemampuan membuat peralatan dari batu
dan tulang meskipun masih sederhana.
Berikut fosil manusia
purba jenis homo yang di temukan di Indonesia.
1)
Homo Soloensis (manusia dari Solo)
Fosil Homo Soloensis ditemukan
oleh Tar Haar, Oppernooth, dan Von Koeniswald pada tahun 1931-1933. Fosil
tersebut ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen,
yang berasal dari lapisan Pleistosen atas. Homo soloensis diperkirakan hidup
sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
Homo soloensis
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.
a)
Otak kecilnya lebih besar daripada otak
kecil Pithecanthropus Erectus.
b)
Tengkoraknya lebih besar daripada
Pithecanthropus Erectus volumenya berkisar 1.000-1.300 cc.
c)
Tonjolan kening agak terputus di tengah
(diatas hidung )
d)
Berbadan tegap dan tingginya ±180 cm.
2) Homo Wajakensis
Fosil manusia purba jenis Homo
Wajakensis ditemukan Van Rietschotten pada tahun 1889 di Wajak dekat
Tulungagung. Diteliti oleh Eugene Dubois dan termasuk Homo Sapiens. Manusia
jenis ini sudah dapat membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Mereka juga
telah mengenal cara mengolah makanan.
Homo Wajakensis mempunyi tengkorak
yang cukup besar dengan ukuran sekitar 130-210 cm dan berat badan berkisar
antara 30-150 kg. Manusia purba ini hidup sekitar 25.000-40.000 tahun yang
lalu. Pada masa ini mereka memakan makanan yang dimasak terlebih dahulu
meskipun masih sangat sederhana.
Fosil Homo Wajakensis juga memiliki
kesamaan dengan fosil ,amusia Niah di Sarawak Malaysia, manusia Tabon di
Palawan, Filipina, dan fosil-fosil di Austroloid dari Cina Sejatan dan
Australia selatan .
4. Periodisasi kehidupan manusia purba
di Indonesia
Hasil – hasil budaya
manusia purba dari zaman batu dan zaman logam
a. Zaman Batu
Dikatakan zaman batu
karena alat-alat utama bagi kehidupan manusia dibuat dari batu.
Zaman batu dibedakan
menjadi 4:
1) Zaman Batu Tua ( paleolitikum /
paleolitik )
Perkembangan kebudayaan
zaman batu tua berlangsung sangat lambat karena keadaan alam yang masih liar
dan labil. Alat-alat yang digunakan pada zaman batu tua masih kasar karena
teknik pembuatannya masih sederhana. Alat-alat dari batu tersebut dibuat dengan
membenturkan antara batu yang satu dan batu yang lainnya. Pecahan batu yang
menyerupai bentuk kapak dipergunakan sebagai alat. Peralatan dari batu dipakai
untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas serta untuk mencari dan
mengolah makanan.
Berdasarkan penemuan alat-alat paleolitikum dapat disimpulkan
bahwa manusia pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan
makanan. Mereka hidup berpindah pindah atau nomaden. Peralatan pada zaman
paleolitikum pertama kali ditemukan pada tahun 1935 di Jawa oleh Von
Koenigswald dan M.W.F. Tweedie.
a) Peninggalan Budaya
Berdasarkan nama tempat
penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi
dua, yaitu kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong
v
Kebudayaan
Pacitan
Alat-alat yang berasal dari kebudayaan pacitan ditemukan
oleh Von Koenigswald pada tahun 1935 di sungai Baksoko desa Punung, Pacitan,
Jawa Timur. Alat-alat ini berupa kapak genggam, yaitu kapak tidak bertangkai
yang digunakan dengan cara mengenggam, kapak perimbas (chooper), kapak penetak, pahat genggam dan alat-alat serpih (flake).
Alat serpih digunakan untuk menguliti binatang buruan,
mengiris daging, dan memotong ubi-ubian (seperti pisau pada zaman
sekarang). alat serpih banyak ditemukan
di Jawa, Sulawesi selatan, sumatera selatan dan timor.
v
Kebudayaan
Ngandong
Alat-alat yang
ditemukan di Ngandong, Jawa Timur berupa kapak genggam dari batu dan alat-alat
kecil yang disebut alat serpih (flake).
Pada kebudayaan ngandong juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.
Alat-alat dari tulang berupa alat penusuk (belati), ujung tombak dengan gergaji
pada kedua sisinya, alat pengorek umbi dan keladi, tanduk menjangan yang
diruncingkan serta duri ikan pari yang digunakan sebagai mata tombak.
Alat-alat kebudayaan
ngandong ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang
dan tanduk ini dilanjutkan pada zaman megalitikum dalam kehidupan di gua lawa,
sampung, ponorogo.
b) Manusia Pendukung
Pendukung kebudayaan
pacitan adalah Pithecanthropus erectus,
dengan alasan sebagai berikut:
v Alat-alat
dari pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dan
fauna trinil)
v Di
Chou-Kou-Tien, cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus, yaitu Sinanthropus
pekinensis. Bersama-sama ini ditemukan juga alat-alat batu yang berupa
dengan alat-alat batu dari Pacitan
Adapun pendukung
kebudayaan Ngandong, yaitu Homo soloensis dan Homo Wajakensis dengan alas an sebagai berikut:
v Di
Ngadirejo, sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang
binatang dan atap tengkorak Homo
Soloensis.
v Alat-alat
dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo Wajakensis yaitu pleistosen atas.
c) Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat paleolitikum dapat
disimpulkan bahwa manusia pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan
mengumpulkan makanan. Hewan buruan manusia purba antara lain kerbau, banteng,
rusa, dan monyet. Adapun makanan yang mereka kumpulkan dari alam berupa
umbi-umbian dan buah-buahan. Mereka juga hidup dengan menangkap ikan disungai.
Menurut Teuku Jacob, bahasa sebagai alat komunikasi
melalui kata-kata disamping menggunakan bahasa isyarat.
2) Zaman Batu Madya/ Batu Tengah
(Mesopolitikum/mesolitik)
Perkembangan kebudayaan pada zaman batu madya berlangsung lebih
cepat daripada zaman batu tua karena pendukung kebudayaan ini adalah Homo Sapiens (manusia cerdas) dan
keadaan alam pada zaman batu madya tidak seliar pada zaman batu tua sehingga
dalam waktu lebih kurang 20.000 tahun manusia telah mencapai tingkat kebudayaan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dicapai manusia pada zaman paleolitikum.
Alat-alat dari tulang yang digunakan pada zaman batu tua
memegang peranan penting pada zaman batu madya.
a) Peninggalan Budaya
1. Kebudayaan Tulang Sampung ( Sampung
Bone Culture )
Di abris sous roche
banyak ditemukan alat-alat batu dan tulang dari
zaman batu madya. Abris
sous roche adalah gua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Pada tahun
1928-1931 Van Stein Callenfeils mengadakan penelitian mengenai abris sous roche
di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo(Jawa Timur).
Hasil kebudayaan yang ditemukan di gua
tersebut adalah alat-alat dari batu, seperti mata panah,flake,batu-batu
penggiling,serta alat-alat dari tulang dan tanduk. Selain alat-alat dari
Sampung ini ditemukan fosil manusia Papua Melanesoid yang merupakan nenek
moyang bangsa Papua dan Melanesia sekarang.
2. Kebudayaan Toala ( Flake Culture )
Dua orang peneliti dari Swiss (Fritz
Sarasin dan Paul Sarasin) pada tahun 1893-1896 mengadakan penelitian di Gua
Lamoncong, Sulawesi Selatan. Gua-gua tersebut masih didiami suku bangsa Toala.
Mereka berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi, dan
alat-alat tulang. Alat-alat yang menyerupai alat kebudayaan Toala juga di
temukan di NTT, yaitu Flores, Roti, dan Timor, sedangkan di daerah Priangan,
Bandung ditemukan flake terbuat dari obsidian (batu hitam yang indah).
3. Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra (
Pebble Culture )
Di sepanjang pesisir Sumatra timur
laut, antara Langsa (Aceh) sampai dengan Medan ditemukan bekas-bekas tempat
tinggal manusia dari zaman batu madya. Penemuan tersebut berupa tumpukan kulit
kerang yang membatu setinggi tujuh meter. Dalam bahasa Denmark,tumpukan kulit
kerang ini disebut kjokkenmoddinger (sampah
dapur). Van Stein Callenfeils pada tahun 1925 juga menemukan pebble (kapak
Sumatra), batu-batu penggiling, alu dan lesung batu, kapak pendek (hache courte),
serta pisau batu.
b) Manusia Pendukung
Manusia pendukung
kebudayaan mesolitikum adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini dapat
dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras Papua Melanesoid, baik
pada kebudayaan Sampung maupun di bukit kerang di Sumatra. Adapun pendukung
kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan nenek moyang suku Toala sekarang
yang juga merupakan keturunan bangsa Wedda dari Sri Lanka.
c) Kehidupan Sosial
Sebagian manusia pendukung kebudayaan
mesolitikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi sebagian besar
dari mereka sudah mempunyai tempat tinggal tetap di gua-gua dan bercocok tanam
secara sederhana. Ada pula pendukung kebudayaan batu madya yang hidup di daerah
pesisir. Mereka hidup dengan menangkap ikan, siput, dan kerang.
Mereka bercocok tanam secara sederhana
dan masih berpindah-pindah sesuai dengan keadaan kesuburan tanah. Tanaman yang
mereka tanam semacam umbi-umbian. Pada masa itu, manusia purba sudah
menjinakkan binatang. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil anjing di Gua
Cokonda, Sulawesi Selatan.
d) Seni Tulis
Pendukung kebudayaan mesolitikum
melakukan kegiatan menggambar pada dinding-dinding gua ketika mereka mulai
hidup menetap di gua-gua. Pada tahun 1950 Van Heekern melakukan penelitian
pertama kali lukisan di dinding gua di Leang Patta E, Sulawesi Selatan. Pada
gua tersebut terdapat gambar cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah dan
gambar seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya.
Pada tahun 1977, Kosasih S.A menemukan
lukisan gua di Pulau Muna Sulawesi Tenggara. Di gua tersebut ditemukan
bermacam-macam lukisan seperti manusia dengan berbagai
sikap,kuda,rusa,buaya,dan anjing. Pada tahun 1937 J. Roder menemukan lukisan
dinding gua di Pulau Seram dan Pulau Kei. Lukisan di dinding gua tersebut diantaranya cap-cap tangan,gambar
kadal,manusia,rusa,burung,perahu,matahari,mata, dan gambar-gambar geometrik.
e) Kepercayaan
Masyarakat pendukung
zaman mesolitikum di Indonesia sidah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat.
Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan contoh gambar nenek moyang
yang dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat. Bukti adanya
penguburan dari zaman mesolitikum ditemukan di Gua Lawa (Sampung) dan di
kjokkenmoddinger. Mayat yang di kubur tersebut dibekali dengan bermacam-macam
keperluan sehari-hari seperti kapak-kapak yang indah dan perhiasan. Ada juga
mayat yang ditaburi demgan cat merah dalam suatu upacara penguburan dengan
maksud memberikan kehidupan baru di alam baka.
3) Zaman batu muda (Neolitikum/neolitik)
Zaman neolitikum
merupakan zaman termuda dariurutan zaman-zaman. Ciri zaman ini adalah alat-alat yang dipergunakan telah
diasah lebih halus dan bentuknya telah semakin baik , mulai dikenal bahan untuk
membuat alat dari tanah liat. Kebudayaan ini merupakan perkembangan dari food gathering ke food producing.
Peninggalan
kebudayaan pada zaman batu muda adalah kapak persegi dan kapak lonjong.
Penyebaran kebudayaan zaman batu muda menunjukkan penyebaran bangsa melayu
Austronesia yang menghuni nusantara sebagai bangsa emigran dari Asia Tenggara
a)
Peninggalan
budaya
Kebudayaan
neolitikum adalah kebudayaan batu muda , ciri-cirinya adalah alat-alatnya sudah
dibuat dengan baik, diasah (diupam) dan halus.
Perkembangan
kebudayaan pada zaman batu muda sudah sangst maju . Dikarenakan adanya migrasi
penduduk Proto-Melayu dari Yunani ,Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke
Indonesia. Pendatang baru membawa kebudayaan kapak persegi. Menurut R.
Soekmono kebudayaan neolitikum inilah yang menjadi dasar kebudayaan
indonesia sekarang .
Berdasarkan alat –alat batu yang ditemukan
,hasil kebudayaan zaman batu muda di indonesia dibagi menjadi dua kelompok
besar ,yaitu kapak persegi dan kapak lonjong .
(1)
Kapak
Persegi
Kapak
persegi adalah kampak yang berbentuk memanjang dengan penampang lintangnya
berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi kebanyakan terbuat dari
batu api yang kuat atau kalsedon. Pemberian nama kapak
persegi ini berasal dari Van Heine Geldern. Kapak persegi ini
ditemukan di indonesia bagian barat , yaitu di Sumatra, Jawa, dan
Bali. Di indonesia bagian timur juga ditemukan kapak persegi yaitu di Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan sedikit di Kalimantan . dapat di simpulkan bahwa
penyebaran kebudayaan kapak persegi dari Asia daratan ke Kepulauan Nusantara
melalui jalan barat yaitu dari Asia (Yunani, Cina Selatan) ke Asia Tenggara,
Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Maluku.
Pusat-pusat
kerajaan kapak persegi juga ditemukan di beberapa tempat di Jawa dan Sumatra,
seperti di lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Kerawang,
Tasikmalaya, Pacitan, dan lereng selatan Gunung Ijen, Jawa Timur.
Kapak
tersebut ada yang dibuat dari batu-batu indah dan tidak dipergunakan sebagai
alat untuk bekerja tetapi untuk lambang kebesaran, jimat, dan alat upacara.
Variasi lain kapak persegi adalah seperti kapak bahu, kapak tangga, kapak atas,
kapak biola, dan kapak penarah . Jenis
lain kapak persegi yang ada di daratan Asia (Jepang, Filipina), tetapi tidak
ada di indonesia ialah kapak pahu.
(2)
Kapak
Lonjong
Kapak
lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong atau bulat telur.Pada
ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai, kemudian diikat menyiku. Bahan kapak
lonjong adalah batu kali yang berwarna
kehitaman. Ada dua macam kapak lonjong, yaitu kapak lonjong yang besar disebut walzenbeil, banyak ditemukan di Irian
sehingga sering dinamakan Neolitikum Papua dan kapak yang kecil disebut keinbeil, banyak ditemukan di Kepulauan
Tanimbar dan Seram.
Selain
kapak lonjong tersebut ada kapak lonjong yang dibuat lebih indah dan hanya
digunakan sebagai alat upacara. Penemuan kapak lonjong di Indonesia terbatas
hanya di Indonesia bagian timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores,
Maluku,Tanimbar, Leti, dan Papua. Persebaran
kapak lonjong dari Asia Daratan
ke Kepulauan Indonesia melalui jalan timur, yaitu dari Asia Daratan ke
Cina, Jepang, Formosa(Taiwan), Filipina, Minahasa, Maluku, dan Papua.
Kapak
lonjong sampai abad ke-20 masih digunakan di irian jaya terutama di daerah
terpencil dan terasing. Kapak lonjong di luar indonesia banyak di temukan di
Burma, Cina, dan Jepang.
(3)
Alat Serpih
Alat serpih dibuat
dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk
segitiga, trapesium, atau setengah bulat. Alat ini digunakan untuk alat
pemotong, gurdi, atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi
panah dan ujung tombak.
(4)
Gurdi
dan Pisau
Gurdi dan pisau
neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi danau, misalkan Danau Kerinci
(Jambi), Danau Bandung, Danau Cangkuang , Leles Garut, Danau Leuwiliang Bogor
(Jawa Barat), Danau Tondano-Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di
Flores Barat (Nusa Tenggara Timur).
(5)
Perhiasan
Perhiasan
neolitik ini dibuat dari batu mulia, yang berupa gelang. Benda tersebut banyak
ditemukan di Tasikmalaya, Cirebon , dan Bandung . Jenis perhiasan itu, antara
lain gelang , kalung, manik-manik, dan anting-anting.
Bahan
–bahan yang digunakan untuk pembuatan
perhiasan adalah batu-batu indah, seperti agat, kalsedon, dan jaspis.
(6)
Gerabah
Di
zaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat bend-benda dari tanah liat
yang dibakar yang disebut tembikar atau gerabah. Gerabah hanya dibuat dengan
tangan tanpa bantuan roda seperti sekarang.jenis benda yang dibuat dari tanah
liat, antara lain kendi, mangkuk, periuk belanga, dan manik-manik.
Gerabah
digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga, untuk keperluan
upacara dan dibuat indah untuk keperluan dekorasi. Gerabah banyak ditemukan
dilapisa teratas bukit-bukit kerang di sumatra dan di bukit-bukit pasir pantai
selatan Jawa, antara lain di Jogjakarta dan di Pacitan, kendeng Lembu
(Banyuwangi), Tangerang, dan Minangga Sippaka (Sulawesi Tenggara). Di
Melolo(Sumatra Barat) banyakgerabahyang ditemukan berisi tulang belulang manusia
.
b)
Manusia
Pendukung
Manusia
pendukung kebudayaan kapak persegi zaman batu muda berada di Indonesia bagian
timur. Berasal dari ras Proto-Melayu (Melayu Tua)yang datang ke Indonesia
menggunakan perahu bercadik sekitar 2.000 tahun lalu. Penduduk Indonesia yang
merupakan termasuk ras Proto-Melayu antara lain suku Sasak, Batak, Dayak, dan
Toraja, sedangkan manusia pendukung kapak lonjong di Indonesia bagian timur
adalah ras Papua Melanesoid.
c)
Kehidupan
Sosial Budaya
Pada
zaman batu muda terjadi perubah besar dalam bidang Sosial-budayayaitu disebut
dengan Revolusi Neolitikum. Revolusi
Neolitikum , yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (Food Gathering) menjadi
menghasilkan makanan (Food Producing), kehidupan normal menjadi kehidupan
menetap.
Masyarakat
prasejarah pada masa ini menghasilkan makanan dari hasil bercocok tanam dan
berternak. Tanaman yang mereka tanam awalnya berupa umbi-umbian dan selanjutnya
mereka mengenal padi-padian (jawawut). Hewan yang pertama mereka jinakkan
adalah anjing, kerbau, dan babi. Tetapi kegiatan berburu dan menangkap ikan
masih mereka lakukan pada waktu senggang.
Kehidupan
bercocok tanam dan menetap memberikan banyak waktu luang. Waktu luang tersebut
merak gunakan untuk berkarya meningkat kan hasil budayanya seperti membuat
perahu , membuat kerajinan, membuat anyamandan gerabah . mereka juga sudah
mengenal pakaian , hal ini dibuktikan dengan ditemukan alat pemukul kulit
kayu.mereka juga sudah mengenal perhiasan, terbukti denga ditemukan gelang,
kalung, dan manik-manik dari batu indah .
Dalam
pola bertempat tinggal , manusia pada zaman batu muda cenderung bertempat
tinggal di dekat sumber air, seperti dekat sungai, tepian danau, dan di pesisir
pantai. Tempat tinggal mereka pada dasarnya berupa rumah sederhana yang
berbentuk bulat dengan atap dari daun-daunan. Rumah-rumah jenis ini masih di
jumpai di Timor, Kalimantan Barat, Andaman, dan Nikobar. Kemudian berkembang
bentuk rumah-rumah besar yang dibangun diatas tiang (panggung).
Dengan
berkembangnya kehidupan sosial budaya yang lebih maju, maka mereka memerlukan
alat komunikasi yang efektif, yaitu bahasa. Menurut H. Kern bahasa yang digunakan oleh penduduk di kepulauan Indonesia
pada zaman neolitikum adalah bahasa Melayu Polinesia yang merupakan rumpun
bahasa Austronesia .
d)
Kepercayaan
Masyarakat
zaman neolitikum mempercayai adanya kekuatan-kekuatan”di luar” kekuatan manusia. Kepercayaan masyarakat
neolitikum , yaitu animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan tentang
adanya roh-roh yang memiliki kekuatan di alam gaib,sedangkan dinamisme adalah
kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena
ditempati atau merupakan perwujudan dari roh. Masyarakat neolitikum percaya
bahwa ada kehidupan lain. Diadakan upacara untuk seseorang terutama kepala suku
yang meninggal. penguburan dilakukan di tempat yang dianggap tempat tinggal
nenek moyang atau asal- usul masyarakat.
Mayat yang dikubur diberi bekal
seperti perhiasan, kapak yang indah, dan periuk. Puncak dari
penguburan didirikan bangunan dari
batu-batu besar (bagunan megalitik).
Tujuan pemujaan adalah untuk mendapatkan kesejahteraan bagi yang masih hidup,
memberikan kesuburan tanah untuk bercocok tanam, dan agar hewan-hewan ternak
dapat berkembang .
4) zaman Batu Besar (Megalitikum/Megalitik)
Megalitikum merupakan
kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan Monumental yang terbuat dari
batu-batu besar. Bangunan ini digunakan untuk menghormati dan pemujaan terhadap
roh nenek moyang. Kebudayaan muncul pada zaman neolitikum dan berkembang luas
pada zaman logam. Peninggalan megalitikum menyebar hampir seluruh nusantara dan
tradisi megalitikum masih ditemukan di Pulau Nias, Sumba, Flores, dan Toraja.
Hasil penting kebudayaan megalitikum adalah sebagai berikut :
a)
Punden
Berundak
Punden berundak adalah
bangunan pemujaan para leluhur berupa bangunan bertingkat dengan bahan dari
batu, di atasnya biasa didirika menhir. Banyak dijumpai di Kosala dan Arca
Domas Banten, Cisolok Sukabumi, serta
Pugungharjo di Lampung. Punden berundak merupakan dasar pembuatan candi,
keratin atau bangunan keagamaan lainnya.
b)
Menhir(men = batu; hir = tegak/berdiri)
Menhir
ialah tiang atau tugu terbuat dari batu yang didirikan sebagai tanda peringatan
ddan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pujaan dan
ditempatkan pada suatu tempat. Fungsi menhir sebagai sarana pemujaan terhadap
arwah nenek moyang , sebagai tempat memperingati seseorang (Kepala Suku) yang
telah meninggal, dan sebagai tempat menampung kedatangan roh.
Menhir
banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah.
menhir juga berfungsi sebagai tempat
untuk menambatkan hewan kurban . tempat ditemukan menhir antara lain:
Pasemah(Sumatra Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala dan Lebak Sibedug,
Leles, Karang Muara, Cisolok (Jawa Barat), Pekauman bondowoso (Jawa Timur),
Trunyan dan Sembiran (Bali), Belu (Timor), Bada-Besoha, dan Toraja, Sulawesi.
c)
Kubur
Peti Batu
Banyak
ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. Kubur peti batu , yaitu peti jenazah
yang terpendam di dalam tanah yang berbentuk persegi panjang , sisi, alas, dan
tutupnya terbuat dari papan batu.
d)
Warung
a
Waruga
adalah kuburan batu yang berbentuk kubus atau bulat dengan tutup berbentuk atap
rumah. Bentuk dan fungsi waruga seperti sarkofagus, tetapi dengan penempatan
posisi mayat jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di Minahasa.
e)
Sarkofagus
Sarkofagus
atau keranda adalah peti jenazah yang bentuknya seperti lesung tetapi mempunyai
tutup. Salah satu penemuan sarkofagus adalah di Bali, isinya tulang belulang
manusia, barang-barang perunggu dan besi, serta manik-manik. Sarkofagus juga
ditemukan di Bondowoso, Jawa Timu.
Untuk
melindungi roh jasad yang sudah mati dari gangguan gaib, pada sarkofagus sering
dipahat motif kedok/topeng dengan berbagai ekspresi. Sarkofagus juga diartikan
sebagai ‘’perahu roh’’ untuk membawa roh berlayar ke dunia roh.
f)
Dolmen
(dol =meja; men = batu)
Dolmen
adalah meja batu besar dengan permukaan rata sebagai tempat meletakan sesaji ,
sebagai tempat meletakan roh, dan menjadi tempat duduk ketua suku agar mendapat
berkat magis dari leluhurnya.
Dolmen
ada yang berkakikan menhir seperti yang ditemukan di Pasemah Sumatra Selatan,
ada juga dolmen yang digunakan sebagai kubur batu seperti yang ditemukan di
Bondowoso dan di Merawan, Jember , Jawa Timur.
g)
Arca
atau Patung
Arca
atau patung adalah bagunan yang terbuat dari batu berbentuk binatang atau
manusia yang melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan. Peninggalan megalit
ini banyak diemukan di dataran tinggi Pasemah(pegunungan antara wilayah
palembang dan bengkulu). Penyelidikan di pasemah ini dilakukan oleh Dr. Van
der Hoop dan Van Heine
Geldern. Di lembah Bada, Sulawesi Tengah d. Penyelidikan di pasemah ini
dilakukan oleh Dr. Van der Hoop dan Van
Heine Geldern. Di lembah Bada, Sulawesi Tengah ditemukan juga dua buah arca
yang melambangkan sosok lelaki dan perempuan.
Bangunan-bangunan
megalitikum tersebut sering kali ditemukan bersama dengan alat-alat dari zaman
neolitikum dan yang paling banyak ditemukan bersama alat-alat dari zaman logam.
Van Heine Geldern membagi penyebaran megalitikum ke indonesia menjadi dua
gelombang antara lain:
a) Megalitikum
Tua, menghasilkan menhir, punden berundak, dan arca-arca statis menyebar ke
indonesia pada zaman neolitikum (2500-1500 SM) dibawa oleh penduduk kebudayaan
kapak persegi (Proto-Melayu)
b) Megalitikum
Muda, menghasilkan kubur peti batu, dolmen, waruga, sarkofagus, dan arca-arca
menyebar ke indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawah oleh pendukung
kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).
e)
Zaman
Logam
Disebut zaman logam karena
masyarakat pendukungnya sudah mampu mengolah, melebur, dan membuat alat-alat
dari logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari
kebudayaan Dongsong (Vietnam). Walaupu alat dari logam banya dibuat dan dipakai
manusia , alat-alat batu dan gerabah masih digunakan untuk keperluan
sehari-hari.
1)
Hasil-hasil
kebudayaan
pada
zaman logam , hasi-hasil kebudayaan berupa kapak corong, nekara,
bejana,perunggu, arca-arca, benda-benda dari besi , dan gerabah.
a)
Nekara
Nekara
merupakan genderang besar yang terbuat dari perunggu berpinggang di bagian
tengahnya dan tertutup di bagian atasnya. Nekara berfungsi sebagai sarana
upacara (kesuburan dan kematian) dan dijadikan simbul status sosial. Fungsi
lain untuk memanggil roh leluhur untuk turun ke dunia memberi berkat serta
memanggil hujan.
Hiasan
nekara sangat indah berupa garis-garis lurus dan bengkok, pilin-pilin dan
gambar geometris lainnya , binatng-binatang (burung, gajah, merak, rusa, kuda),
runah, perahu, orang-orang berburu, tari-tarian dll.
Nekara
ditemukan di Sumatra, Jawa, Rote, Selayar, dan Kepulauan Kei. Nekara terbesar
terdapat di Pura Penataran Sasih di Desa Intaran daerah Pajeng, Bali. Nekara
bergaris tengah 160 cm dan tingginya 198 cm. Di Alor ditemukan nekara yang
kecil dan langsing yang disebut Moko atau Mako.
b)
Kapak
Corong (Kapak Sepatu)
kapak
corong adalah kapak yang bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian
tangkainya berbentuk corong. Corong Digunakan untuk memasang tangkai kayu
berbentuk menyiku seperti bentuk kaki. Disebut juga kapak sepatu. Kapak corong
ada yang bagian tajamnya lurus dan ada yang melengkung panjang (candrasa).
Kapak
corong besar berfungsi sebagai cangkul, kapak corong yang kecil digunakan
mengerjakan kayu, sedangkan kapak yang tajam melengkung panjang diguakan untuk
upacara dan sebagi tanda kebesaran seorang kepala suku. Kapak untuk upacara dihiasi bermacam-macam
pola hias. Banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah,
Kepulauan Selayar dan dekat Danau Sentani, Papua.
c)
Bejana
Perunggu
Bejana
perunggu adalah benda berbentuk seperti gitar Spanyol yang tidak bertangkai. Hiasan bejana perunggu
adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf”J”. Di indonesia bejana perunggu
ditemukan para ahli di daerah Madura dan Sumatra.
Bejana
juga ditemukan di Pnom Penh (Kamboja). Zaman perunggu di indonesia ini lebih
dikenal dengan nama kebudayaan Dongson.
d)
Perhiasan
Bentuk
perhiasan beraneka ragam dan ditemukan di daerah Bogor, Bali, dan Malang.
Perhiasan dari besi banyak ditemukan bersamaan dengan benda-benda dari
perunggu.
Manik-manik
yang ditemukan di indonesia bermacam-macam bentuk dan biasanya digunakan
sebagai perhiasan atau bekal kubur, tempatpenemuan antara lain di Sangiran,
Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone, dll.
e)
Arca
Perunggu
Arca
perunggu mengambarkan manusia ditemukan di Bangkinang (Riau), Palembang, Bogor,
dan Lumajang ( Jawa Timur). Bentuk beraneka macam seperti , menggambarkan orang
menari, naik kuda, memegang busur panah, yang menarik arca dibagian kepala
diberi tempat untuk mengaitkan tali atau menggantung.
f)
Benda-Benda
Besi
Benda-benda
besi ditemukan sebagai bekal kubur, seperti didalam kubur – kubur di Wonosari
(Jawa Tengah) dan di Besuki (Jawa Timur). Berupa mata panah, pisau, sabit,
pedang, mata tombak, gelang-gelang besi .
2)
Manusia
Pendukung
Manusi
endukung kebudayaan perunggu di indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara
Daratan. Merpakan penduduk Deutro Melayu (Melayu Muda) dengan membawa
kebudayaan Dongson (Vietnam), yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara. Deutro
Melayu merupakan nenek moyang dari suku bangsa Jawa, Bali, Bugis, Madura dsb.
Pada
zaman logam adanya perbauran antara penduduk Melayu Mongoloid (Proto- Melayu
dan Deutro Melayu) dan penduduk Papua Melanesoid (Austro-melanesoid). Diketahui
dengan ditemukan rangka-rangka manusia di Jawa, Sulawesi, Sumba, dan Timor yang
menunjukkan ciri-ciri Melayu Mongoloid dan Austro- melanesoid.
3)
Kehidupan
Sosial Budaya
Zaman
logam manusia di indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran
rendah, dan di tepi pantai. Mereka tinggal dirumah panggung yang panjang dengan
beberapa keluarga di dalamnya. Diketahui dari ragam hias pada nekara perunggu.
Bukti-bukti sisa tempat kediaman mereka di Sumatra, Jawa, Sulawesi, Bali,
Sumbawa, Sumba, dan Pulau di NTT dan Maluku.
Tata
susunan masyarakat pada zaman logam semakin kompleks. Pembuatan alat-alat logam
mendorong adanya pembagian kerja berdasarkan keahlian.
Mata
pencarian masyarakat pada zaman logam adalah petani . terbukti dengan
ditemukannya mata sabit, alat penyiang rumput, dan mata bajak. Perburuan masih
dilakukan secara perorangan atau secara beramai-ramai dengan tombak, panah, dan
jerat.
C. Proses Perkembangan Sosial, Ekonomi, dan
Kebudayaan Masyarakat, Prasejarah Indonesia
Kehidupan manusia
sampai saat ini melalui proses panjang. Manusia praaksara harus mengalami
perubahan demi perubahan , dari masa, ke masa dan dari suatu ras ke ras
berikutnya.
Masyarakat indonesia
semula merupakan masyaraktat berburu dan pengumpul makanan, kemudian berkembang
menjadi masyarakat yang hidup menetap dan bercocok tanam. Dengan hidup menetap
mereka melahirkan budaya. Budaya berasal dari batu dan tulang yang masih
sederhana, kemudian meningkat dan bahkan ke budaya pengolahan besi. Berkembang
pula budaya megalitikum dengan sistem kepercayaan yang dianut mereka.
1.
Kehidupan
Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan(Meramu)
a)
Masyarakat
Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Pada
masa berburu dan meramu lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan bumi
masih labil. Saat itu banyak terjadi letusan gunung berapi dan daratan tertutup
hutan yang lebat. Binatang purba masih hidup.
Manusia
pendukung masa itu adalah Pithecanthropus
erectus dan Homo wajakensis.
Kegiatan berburu dan mengumpulkan (meramu) makanan telah ada semenjak manusia
munculdi permukaan bum, begitu pula manusia indonesia. Kegiatan berburu dan
meramu merupakan yang paling sederhana, karena manusia tinggal mengambil
makanan secara langsung dari alam dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering).
1)
Kehidupan
Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Pada
masa berburu dan meramu bergantung
dengan alam. Tempat menarik untuk didiami pada waktu itu adalah daerah yang
cukup mengandung bahan makanandan air, terutamatempat yang sering didatangi
atau dilalui oleh binatang. Umumnya berupa padang rumput dengan semak belukar
dan hutan kecil yang berdekatan dengan sungai atau danau. Selain itu, mereka
juga banyak tinggal di gua untuk menghindari serangan binatang buas.
Manusia
purba mencari makanan pada pagi hari dan kembali ke gua pada sore hari. Apabila
sumber makanan habis , mereka akan berpindah tempat . pola bertempat tinggal
seperti itu bukan murni nomaden, melainkan seminomaden.
2)
Kegiatan
Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Manusia
purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal, hidup dalam kelompok .
kelompok berburu tersusun atas keluarga kecil . pihak laki-laki melakukan
perburuan , sedangkan perempuan mengumpulkan bahan makanan (tumbuh-tumbuhan)
dan mengurus anak.
Mereka
hidup dari berburu dan meramu sehingga peralatan utamanya adalah alat-alat
berburu.
Alat
tersebut digunakan untuk memotong daging dan tulang dari binatang buruan yang
mereka peroleh dan untuk mengeluarkan umbi-umbian dari dalam tanah.
Selain
alat dari batu, manusia praaksara menggunakan alat-alat dari tulang. Alat-alat
dari tulang pada zaman tersebut untuk sementara hanya ditemukan di Ngandong
(Ngawi) dan Sampung (Ponorogo). Alat-alat tersebut diduga hasil budaya Pithecanthropus soloensis pada kala
pleistosen
3)
Penggunaan
Api pada Zaman Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Penggunaan
api pada masyarakat berburu dan meramu tingkat awal diketahui dengan cara
membandingkan pada situs penggalian Homo
erectus di cina. Dapat disimpulkan bahwa Homo erectus di indonesia sudah
mengenal dan menggunakan api. Api digunakan untuk memasak makanan, mengusir
binatang buas, menghangatkan tubuh pada malam hari, penerangan di dalam gua ,
dan berburu.
Upaya-upaya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya antara lain.
a) Menciptakan
berbagai alat dari batu dan tulang untuk menutupi kekurangan fisiknya, seperti
kapak genggam, kapak perimbas, alat serpih (flake), dan alat tulang.
b) Hidup
berkelompok antara sepuluh sampai lima belas orang.
c) Hidup
berpindah-pidah di daerah-daerah dekat sumber air seperti sungaidan danau.
d) Penemuan
api, api berguna untuk menghangatkan badan pada musim digin dan untuk memasak
makanan.
b)
Masyarakat
Berburu dan Meramu tingkat lanjut
Masa
berburu dan meramu tingkat lanjut berlangsung setelah zaman pleistosen.
Kehidupan mereka masih bergantung pada alam. Hidup dengan cara berburu binatang
di dalam hutan , menangkap ikan, dan mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian,
buah-buahan , biji-bijian , daum-daunan. Alat yang digunakan pada berburu dan
meramu misalnya, kapak gengam, flake, dan alat-alat dari tulang. Juga telah
dikenal gerabah berfungsi sebagai wadah.
Pola
bermukim mereka mulai berubah dari nomaden menjadi semisedenter. Mampu
mengumpulkan makanan dalam jumlah yang banyak, mulai lebih lama mendiami suatu
tempat. Pengetahuan mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan .
daging buruan diawetkan degan cara dijemur setelah diberi ramuan. Nereka
bertempat tinggal di gua-gua(abris sous
roche) .
Masyarakat
berburu dan meramu telah mengenal pembagian kerja. Kegiatan berburu banyak
dilakukan oleh kaum laki-laki. Kaum wanita tidak banyak terlibat dalam kegiatan perburuan, lebih banyak berada
di sekitar gua-gua tempat tinggal mereka. Berburu dan meramu tingkat lanjutan
telah mengenal bercocok tanam di lakukan secara berpindah-pindah. Mereka
membuka lahan dengan cara menebang hutan, membakar, dan membersihkan.
Kehidupan
semisedenter memberi banyak waktu luang. Waktu luang digunakan untuk membuat
aalat-alat dari batu dan tulang serts membuat lukisan pada dinding gua. Seperti
cap telapak tangan , babi, kadal, perahu, menggambarkan kegiatan berburu
berhubungan dengan kepercayaan, yaitu penghormartan terhadap nenek moyang,
upacara kesuburan, dan keperlua perdukunan.
2.
Kehidupan
Masyarakat Bercocok Tanam dan Hidup Menetap
Kehidupan
masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan cukup pesat.
Masyarakat praaksara telah memiliki tempat tinggal yang tetap. Hubungan dalam
kelompok cerminan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota
masyarakat yang lain.
Kehidupan
sosial masa bercocok tanam terlihat melalui cara bekerja dengan bergotong
royong. Semua pekerjaan dilakukan dengan gotong royong. Seperti bertani,
merambah hutan, berburu, membangun rumah, dll. Cara hidup bergotong royong
merupakan ciri kehidupan masyarakat yang bersifat agraris. Kegiatan gotong
royong masih ada didaerah pedesaan.
Dalam
kehidupan masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus interpares). Gelar primus
interpares di indonesia adalah ratuatau datu(k) artinya orang terhormat dan
yang patut dihormati karena kepemimpinannya, kesetiaannya, pengalamannya, dll.
Masyarakat sudah terampilmembuat gerabah, anyaman, pakaian, dan perahu. Bahan
anyaman dari bambu, rumput dan rotan, dengan teknik anyam,dan pola geometris.
Digunakan sebagai alat rumah tangga.
Revolusi
kehidupan manusia dari food gathering (penyediaan alam) ke food producing
dibuktikan dengan beberapa hal yang disampaikan seorang ahli purbakala, Dr. Brandes. Dr. Brandesmengemukakan
bahwa sebelum kedatangan pengaruh hindu-buddha, di indonesia telah ada sepuluh
unsur pokok sebagai berikut.
1. Kemampuan
Berlayar
2. Mengenal
Astronomi
3. Kepandaian
Bersawah
4. Aktivitas
Perdagangan
5. Mengatur
Masyarakat
6. Seni
Batik
7. Kesenian
Wayang
8. Sistem
Macapat
9. Seni
Gamelan
Kehidupan
masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Sudah
mengenal bercocok tanam secara baik
b. Sudah
mampu mengolah bahan makanan sendiri/ menghasilkan makanan sendiri (food
producing). Disamping berburu dan menangkap ikan, mereka telah memelihara
binatang-binatang jinak, seperti anjing , babi, kerbau. Binatang itu selain utuk konsumsi tetapi juga
untuk kurban.
c. Sudah
memiliki tempat tinggal yang menetap secara mantap
d. Peralatan
yang dibuat dari batu lebih halus seperti kapak , tombak, panah. Juga membuat
perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
e. Peradaban
mereka sudah lebih maju , alat-alat rumah tangga dibuat lebih baik dan mereka
telah mengerti seni.
3.
Perkembangan
Teknologi Masyarakat Awal Indonesia
Dalam
kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan semakin maju.pada
waktu itu manusia telah mengenal teknologi walaupun teknologi tersebut hanya
terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana yang dibutuhkan
dalam aktivitas kehidupan. Pada waktu itu terlihat jelas pada teknikpembuatan
rumah tinggal atau peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk membantu upaya
memenuhi kebutuhan hidup.
Ketika
mulai mengenal logam , mereka telah dapat menggunakan peralatan-peralatan yang
terbuat dari logam. Seperti peralatan rumah tangga, pertanian, berburu,
berkebun, dll. Orang yang ahli membuat peralatan dari logam disebut undagi, sedangkan tempat pembuatan
alat-alat tersebut disebut perundagian.
Masyarakat
indonesia mulai mengenal benda dari logam, berupa logam campuran yang disebut
logam perunggu,merupakan campuran logam tembaga dan timah. Teknik- teknik
pengolahan logam sebagai berikut.
a.
Teknik
Bivalve(setangkap)
Menggunakan
dua cetakan ,diberi lubang bagian atas, kemudian dituangkan logam cair. Jika
sudah dingin dibuka.bila membuat berongga diberi tanah lia. Cetakan dapat
digunakan berkali-kali.
b.
Teknik A Cire Perdue (Cetakan Licin)
Pembuatan
perunggu menggunakan teknik a cire diawali membuat bentuk benda logam dar lilin
berisi tanah liat. Bentuk lilin dihias. Lilin yang lengkap dibungkus dengan
tanah liat yang lunak dengan bagian atas dan bawah dilubangi. Lubang atas
dituangkan perunggu cairdan lubang bawah mengalir lilin yang meleleh. Bila
perunggu sudah dingin, maka cetaan di pecah untuk mengambil yang sudah jadi.
Cetakan ini hanya digunakan satu kali.
4.
Sistem
Kepercayaan
Sistem
kepercayaan masyarakat praaksara di indonesia
disebut agama asli atau religi. Manusia menyadari bahwa makhluk halus
atau roh memiliki wujud nyat dan sifat yang mendua, yaitu sifat yang membawa
kebaikan dan sifat yang mendatangkan keburukan.
Lukisan
yang terdapat di gua-gua mempunyai nilai estetika,dan etika magis. Beberapa
ahli menyimpulkan cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah memiliki arti
kekuatan atau perlindungan dari roh-roh jahat. Seperti lukisan di papua
mempunyai kaitan dengan upacara penghormatan nenek moyang, meminta hujan dan
kesuburan, serta memperingati peristiwa yang sangat penting. Keyakinan itu
mendorong beberapa kepercayaan di indonesia antaranya , animisme, dinamisme,
dan totemisme.
Animisme
merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Dinamisme adalah suatu
kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib seperti
gunung, batu, dan api. Totemisme
merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu merupakan nenek moyang suatu
masyarakat atau orang tertentu.
Kepercayaan
animisme dan dinamisme menjadi kepercayaan asli bangsa indonesia sebelum agama
Hindu dan Buddha masuk ke indonesia.
Menhir
atau arca, merupakan lambang dan takhta persemayaman roh leluhur. Digunakan
sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dolmen dan punden berundak
berkaitan dengan aktivitas upacara, karena dolmen digunakan sebagai tempat
sesaji, sedangkan punden berundak digunakan untuk tempat upacara. Kepercayaan
animisme juga terlihat pada upacara kematian. Upacara kematian dilandasi dengan
kepercayaan bahwa kematian itu tidak
membawa perubahan dalam kedudukan , keadaan dan sifat seseorang.
Keyakinan
adanya dunia arwah terlihat dari arah penempatan kepala mayat diarahkan ke
tempat asal atau tempat bersemayam roh nenek moyang. Tempat roh nenek moyang
adalah tempat matahari terbit atau terbenam dan tempat-tempat yang tinggi misal
gunung dan bukit. Buktinya hasil penggalian kuburan- kuburan kuno di Bali dan
Kalimantan yang menunjukan arah kepala mayat ke arah timur, barat atau ke
puncak-puncak gunung atau bukit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar